TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) akan menyalurkan bantuan infrastruktur penting bagi sekolah-sekolah di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) guna menunjang proses digitalisasi pembelajaran. Setidaknya 5.681 sekolah akan mendapatkan akses internet satelit dan 1.625 sekolah akan menerima bantuan panel surya untuk mengatasi kendala listrik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Menengah Gogot Suharwoto mengatakan distribusi internet dan energi ini merupakan bagian dari afirmasi Kemendikdasmen dalam menjalankan program digitalisasi pendidikan yang inklusif dan adil.
“Di daerah 3T kami sangat hati-hati. Untuk sekolah yang belum memiliki internet, kami mengusulkan disediakan internet satelit untuk 5.681 sekolah,” kata Gogot dalam RDP Panja Pendidikan di Daerah 3T dan Daerah Marginal bersama Komisi X DPR RI pada Selasa, 15 Juli 2025.
Ia menjelaskan kondisi geografis wilayah 3T, seperti hujan lebat, badai, atau letak yang sangat terpencil, masih menjadi tantangan utama dalam akses internet. Namun, keberadaan internet satelit dinilai lebih memungkinkan dibanding jaringan kabel konvensional.
Di sisi lain, masalah keterbatasan listrik juga menjadi perhatian utama pemerintah. Oleh karena itu, Kemendikdasmen menyiapkan bantuan panel surya (solar panel) bagi 1.625 sekolah di wilayah 3T yang belum terjangkau jaringan listrik. “Sehingga ketersediaan listrik bisa terjamin,” ujarnya.
Langkah ini merupakan bagian dari program revitalisasi dan digitalisasi pembelajaran berbasis wilayah. Secara keseluruhan, pada tahun ini Kemendikdasmen menargetkan 23.700 sekolah di daerah 3T sebagai penerima program digitalisasi pembelajaran.
Program digitalisasi ini juga diiringi kebijakan afirmatif lainnya seperti revitalisasi sekolah, alokasi dana bantuan operasional berbasis unit cost majemuk (BOSP), dana alokasi khusus (DAK) fisik, dan bantuan pustaka mainan untuk pendidikan anak usia dini.
Gogot mengatakan dalam program revitalisasi sekolah, sebanyak 1.623 sekolah di daerah 3T telah menjadi sasaran prioritas, termasuk PAUD, SD, SMP, dan SMA, dengan alokasi anggaran khusus sekitar Rp 2 triliun atau 15,5 persen dari total dana revitalisasi nasional.
“Di Sumba Barat Daya misalnya, kami juga alokasikan USB (Unit Sekolah Baru) untuk 11 sekolah, termasuk 2 di antaranya berada di wilayah tersebut,” ujar Gogot.
Dengan kombinasi pendekatan infrastruktur dan teknologi ini, Kemendikdasmen berharap kesenjangan layanan pendidikan di daerah 3T dapat ditekan, sehingga seluruh anak Indonesia bisa mendapatkan akses pendidikan yang setara dan berkualitas.