ROY Suryo, Rismon Hasiholan Sianipar, dan Tifauzia Tiyassuma alias dokter Tifa mrnggelar soft launching buku yang mereka tulis berjudul Jokowi's White Paper di area Coffe Shop University Club Kampus Universitas Gadjah Mada atau UC UGM Yogyakarta, Senin 18 Agustus 2025.
Sejumlah tokoh seperti Refly Harun, Said Didu dan Mantan Kepala Staf TNI Angakatan Darat Jenderal Purn Tyasno Sudarto ikut menghadiri acara tersebut.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Roy Suryo mengungkap alasan mereka menyusun buku yang di dalammya mencoba membongkar dugaan ijazah palsu hingga skripsi mantan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dari UGM. "Kami yang menulis buku ini semua alumni UGM, bukan orang lain, buku ini dibuat karena kami ingin membersihkan nama kampus tercinta ini," kata Roy.
Roy menekankan, yang terlibat dalam penulisan itu benar-benar alumnus UGM baik dari jenjang S1 maupun S2.
Mereka tergerak menelusuri ijazah dan skripsi Jokowi sejak mencermati pernyataan Jokowi ketika menghadiri seminar yang digelar di Kampus Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta beberapa waktu silam.
Dalam acara itu juga disebut dihadiri mantan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Mahfud Md serta tokoh Muhammadiyah almarhum Buya Syafii Maarif.
Catatan Tempo, acara itu digelar pada 2013 silam atau saat Jokowi masih maju menjadi calon presiden periode pertama. "Jadi saat seminar itu, ada dialog santai yang juga ada videonya juga, di mana moderator menanyakan kepada narasumber, 'Untuk jadi presiden itu IP (indeks prestasi)-nya sebaiknya berapa ?' Lalu saat itu Prof Mahfud mengatakan IP dia 3,8. Nah, Jokowi saat itu mengatakan IP dia di bawah 2. Dua saja tidak ada loh, mulai dari situ orang kan mulai berpikir," ujar Roy.
Dalam perjalanan memimpin selama dua periode, kata Roy, keraguan atas ijazah Jokowi kian menjadi pertanyaan. Sehingga melalui buku itu, Roy dan dua koleganya turut mengulas bagaimana pihak-pihak yang mempertanyakan itu seperti dibungkam.
Ia menyebut mulai dari kasus yang menimpa Bambang Trimulyono atau Bambang Tri dan Gus Nur atau Sugi Nur Raharja yang menurutnya telah dikriminalisasi di era Jokowi karena mengkritisi soal dugaan ijazah palsu itu. "Jadi semua kami tulis dalam buku itu termasuk mereka yang dikriminalisasi karena mempertanyakan soal itu," kata Roy.
Roy mengklaim, jika upaya mereka membongkar dugaan ijazah palsu bukan asal tuding melainkan berdasar data ilmiah. Tak sekedar mengumpulkan dokumen dan meneliti skripsi Jokowi. Mereka juga sempat menemui sejumlah pejabat rektorat UGM seperti Wakil Rektor UGM Wening dan Arie Sujito. "Bahkan saya juga sempat memegang langsung skripsi itu dan kami teliti keasliannya waktu itu," kata dia.
Dengan menggunakan berbagai metode penelitian yang teknisnya dilakukan koleganya Rismon Sianipar dan analisa Behavioral Neuroscience oleh dokter Tifa yang berfokus meneliti pola perilaku seseorang, mereka optimis bisa membuka tabir soal identitas Jokowi sebenarnya di UGM.
"Salah satu kesimpulan itu skripsi yang ditulis 99,9% palsu, dan dengan itu, tidak mungkin menghasilkan ijazah yang asli, itu poin paling penting buku ini," kata Roy.
Sedangkan soal judul buku Jokowi's White Paper, menurut Roy, menjadi perwakilan paling pas untuk niat awal terbitnya buku itu: membersihkan nama UGM. "Kami sepakat memberi judul buku itu Jokowi's White Paper karena niat kami ingin membersihkan nama kampus kami, wong semua ini lulusan UGM juga," kata dia.
Menurutnya, buku tersebut secara bertahap bakal terus ditambah jumlah cetakannya. Termasuk versi digitalnya atau e-book.
Untuk versi cetak rencananya sengaja dibuat dalam versi agak eksklusif dan versi biasa untuk menekan biaya produksinya. Sedangkan format e-book juga diedarkan agar publik bisa membaca versi Pdf-nya.
"Di Yogya ini kan konsepnya sebenarnya soft launching, nanti tanggal 27 Agustus baru grand launching di Jakarta, lalu mulai distribusi akhir Agustus di dalam dan luar negeri dengan bantuan jaringan diaspora," kata dia.