TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia Zayyid Sulthan menanggapi sikap BEM Universitas Gadjah Mada dan BEM Universitas Diponegoro yang keluar dari aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI). Ia mengatakan sikap kedua BEM tersebut merupakan bagian dari dinamika perbedaan pendapat dan visi dalam memandang suatu persoalan.
“Jadi, saya rasa itu mungkin dinamika yang cukup normal. Tapi bagi kami di UI, yang kami tegaskan untuk BEM SI adalah kami ingin BEM SI bergerak sesuai nilai-nilai yang ada. Kami ingin BEM SI bergerak sesuai dengan idealisme pergerakan mahasiswa,” kata Athan, sapaan akrab Zayyid Sulthan, saat ditemui di depan gerbang Dewan Perwakilan Rakyat, pada Selasa, 22 Juli 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Athan menegaskan, BEM SI seharusnya mengedepankan idealismenya sebagai mahasiswa. Sehingga BEM SI juga tidak boleh tergantung oleh pihak tertentu, apalagi mendekat dengan kekuasaan.
“Jangan sampai BEM SI ini terlihat dikondisikan. Jangan sampai BEM SI ini menjadi alat atau instrumen dari kekuasaan untuk memastikan semuanya aman, bahwa demokrasi ini hanya demokrasi panggung,” ujar dia.
Athan melanjutkan, mahasiswa semestinya tetap pada idealismenya dan tidak menjual gerakan mahasiswa pada kelompok tertentu. “BEM UI mendukung gerakan-gerakan yang berbasis dengan nilai idealisme, bukan gerakan yang sifatnya elitis, yang mengundang-undang pejabat,” katanya.
Sebelumnya, BEM UGM dan BEM Universitas Diponegoro memutuskan keluar dari alinasi BEM SI akibat kekecewaan terhadap pelaksanaan Musyawarah Nasional XVIII BEM SI Kerakyatan yang digelar di Padang, Sumatera Barat, akhir pekan lalu. Aliansi mahasiswa ini menuai sorotan sebab melibatkan sejumlah politikus, aparat kepolisian, pejabat daerah, hingga perwakilan Badan Intelijen Negara (BIN) dalam forum musyawarah nasional yang digelar di Universitas Dharma Andalas, Padang, Sumatera Barat, pada 13–19 Juli 2025.
Athan mengatakan BEM UI akan menelaah lebih lanjut mengenai langkah yang akan diambil ke depan dalam beraliansi setelah BEM SI pecah kongsi. “Kalau misalkan BEM SI mampu mengakomodir dan mau untuk bisa membersamai nilai-nilai yang sesuai dengan idealisme, kami pun akan bersama BEM SI. Tapi kalau misalkan BEM SI tidak mau, kami pun siap untuk sendiri, untuk melakukan sendiri,” kata Athan.