INFO NASIONAL - “Aneh, Tirto. Iki banyu kok dilebokno nang botol?” Kalimat itu menghantam telinga Tirto Utomo pada awal 1970-an, ketika ia memperkenalkan ide menjual air minum dalam kemasan. Bagi masyarakat saat itu, air cukup diambil dari sumur dan direbus. Gagasan membotolkannya untuk dijual terdengar seperti lelucon. Tapi di balik keanehan itu, ada keprihatinan besar: rendahnya kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat.
Dari keresahan itu, lahirlah perubahan. Pada 1973, Tirto mendirikan pabrik pertama di Bekasi. Setahun kemudian, AQUA resmi mengalir ke pasar Indonesia. Sebuah langkah pionir yang pada awalnya diragukan, namun pelan-pelan menyatu dalam arus kehidupan bangsa.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Pendiri AQUA Tirto Utomo. DOK. AQUA
Sejak kelahirannya, AQUA tidak hanya menjual air. Ia menjual kepercayaan—bahwa setiap tetes yang dikonsumsi berasal dari sumber yang bersih, terlindungi, dan diproses secara higienis. Air itu berasal dari pegunungan alami, melalui proses filtrasi tanpa sentuhan tangan manusia, dan diuji dengan ratusan parameter uji kualitas. Filosofinya sederhana: air yang bersih adalah hak dasar masyarakat.
“Bisa dibilang saya tumbuh dan besar bersama AQUA,” ujar Arsha, 31 tahun, warga Depok. “Waktu kami sekeluarga terkena COVID-19, AQUA jadi andalan hidrasi di masa pemulihan. Produk ini bukan cuma air minum, tapi bagian dari keseharian kami.”
Dari sudut dapur rumah tangga hingga panggung olahraga nasional, dari warung kecil hingga Istana Negara, AQUA terus hadir dalam momen-momen penting bangsa. Produk ini menjadi saksi pertumbuhan masyarakat, modernisasi gaya hidup sehat, dan meningkatnya kesadaran terhadap kualitas konsumsi.
Tak banyak yang menyadari, di balik sebuah botol air minum, terdapat ekosistem yang terbangun. AQUA kini mengoperasikan 20 pabrik di berbagai wilayah di Indonesia, dengan lebih dari 10.500 tenaga kerja. Rantai distribusinya melibatkan dua juta pelaku usaha—dari sopir, agen, pengecer, hingga pengusaha warung.
Model bisnis ini bukan hanya menyumbang pertumbuhan ekonomi lokal, tapi juga menciptakan ekosistem yang terintegrasi. Di Klaten, misalnya, pabrik AQUA memanfaatkan energi surya, melibatkan petani lokal dalam pelestarian daerah tangkapan air, serta menggelar edukasi lingkungan untuk sekolah dan komunitas.
Namun, perjalanan panjang ini tak lepas dari tantangan. Isu boikot, fluktuasi daya beli, dan persaingan yang semakin ketat. Merek-merek baru bermunculan, menawarkan harga lebih murah dan strategi pemasaran agresif. Meski demikian, AQUA tetap optimis. Pertumbuhan ekonomi nasional yang positif menjadi landasan untuk terus berinovasi dan memperkuat kemitraan lokal.
Keberlanjutan menjadi pilar penting perjalanan AQUA. Pada 1983, mereka mengenalkan galon guna ulang yang mengurangi pengunaan plastik sekali pakai secara signifikan. Tahun 1993, lahir inisiatif daur ulang plastik AQUA Peduli yang kini berkembang menjadi gerakan #BijakBerplastik, melibatkan komunitas pemulung, UMKM, dan bank sampah di berbagai daerah. Lebih dari 31.500 ton plastik berhasil dikumpulkan dan diolah setiap tahun, menjadikan AQUA sebagai salah satu pelopor ekonomi sirkular di Indonesia.
AQUA juga bergerak dalam pemenuhan hak dasar masyarakat: air bersih. Lewat kemitraan dengan organisasi lokal dan pemerintah daerah, AQUA membangun sistem akses air yang aman dan bersih untuk wilayah yang tidak terjangkau akses air—membuktikan bahwa air bukan hanya komoditas, tapi juga tanggung jawab.
Pada momen-momen krisis, peran AQUA tak surut. Saat pandemi COVID-19, AQUA turut berkontribusi mendukung Pemerintah Indonesia dalam program vaksinasi dan penyediaan air mineral bagi rumah sakit, relawan, dan masyarakat terdampak.
Dalam semangat kebersamaan, AQUA turut mendukung solidaritas masyarakat Indonesia untuk Palestina. Melalui kolaborasi dengan Dewan Masjid Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Kedutaan Besar Palestina, dan berbagai institusi kemanusiaan lainnya, AQUA menyalurkan bantuan berupa dana dan ribuan produk air mineral ke Gaza dan kamp pengungsian. Ini bukan hanya aksi kemanusiaan, tetapi juga cerminan kebersamaan bangsa Indonesia yang hidup dalam setiap langkah AQUA bersama masyarakat.
“Indonesia adalah rumah kami. Kami lahir, tumbuh, dan besar bersama bangsa ini,” ujar Vera Galuh Sugijanto, VP General Secretary Danone Indonesia. “Bagi kami di AQUA, air bukan sekadar produk—ia adalah bagian dari kehidupan. Setiap tetesnya membawa makna: menjaga kesehatan, menyatukan keluarga, dan mengalirkan harapan.
“Kami bangga bisa hadir di berbagai momen penting masyarakat Indonesia—dari meja makan keluarga, tumbuh kembang masyarakat, hingga perayaan nasional bangsa. Pada perayaan Kemerdekaan ini, kami ingin terus memperkuat komitmen untuk terus memberi manfaat: menjaga sumber daya alam, memberdayakan komunitas, dan menghadirkan produk yang mengalirkan kebaikan. Karena setiap tetes AQUA adalah harapan untuk Indonesia yang lebih sehat, kuat, dan berkelanjutan,” tutup Vera.