TEMPO.CO, Jakarta - Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya mendapatkan teror kiriman biawak hidup dan teror melalui pesan WhatsApp.
Salah satu perwakilan penghuni asrama, Yogie menceritakan kiriman paket biawak hidup terjadi pada Kamis, 19 Juni 2025 pukul 16.30 WIB.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yogie melanjutkan, biawak itu dimasukkan dalam karung beras 50 kilogram. Paket itu dititipkan oleh warga sekitar Asrama Mahasiswa Papua di kawasan Jalan Kalasan, Surabaya.
“Setelah kami tanya ke warga, ternyata pengirimnya dua orang tidak dikenal,” ucap Yogie kepada awak media, Selasa 1 Juli 2025.
Para penghuni asrama itu tidak sempat mengecek pengirimnya lagi. Mereka pun memutuskan untuk melepas biawak tersebut.
Pada malam harinya, puluhan mahasiswa Papua juga mengaku dikirimi pesan WhatsApp dari dua nomor tak dikenal. Pesan itu berisi intimidasi dan kata-kata rasisme.
“Pesannya seperti, ‘Kami berada sampingmu, kami akan membunuhmu’ dan lainnya,” ucap Yogie.
Yogie dan mahasiswa Papua lainnya meyakini bahwa pesan itu dikirim untuk menakut-nakuti mereka. Terlebih, mereka tengah merencanakan aksi anti militerisme dan investasi di Papua.
Usai mendapat teror tersebut, mereka mendesak Kepolisian Daerah Jawa Timur untuk mengusut pelaku teror tersebut. Mahasiswa Papua juga meminta bantuan kepada Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya.
Terpisah, perwakilan LBH Surabaya, Ramli Himawan membenarkan laporan tersebut. Ramli menegaskan, LBH Surabaya menyesalkan teror tersebut.
Pihaknya juga mendorong mereka untuk melapor ke Komnas HAM. LBH Surabaya juga berkomitmen untuk mendampingi mahasiswa Papua jika memasukkan laporan polisi atau Komnas HAM.
“Sampai sekarang belum melapor ke polisi karena harus ada yang dikonsolidasikan dan dimitigasi,” pungkas Ramli.
Teror kepada mahasiswa Papua sebelumnya juga terjadi di Bali. Dua anggota Aliansi Mahasiswa Papua yaitu Wemison Enembe dan Yuberthinus Gobay, menerima paket berisi bangkai kepala babi dan tanah yang dikirim ke tempat tinggal mereka di Denpasar, Bali.
Kedua paket mencantumkan keterangan bahwa isinya adalah buku berjudul Papua Bergerak. Namun setelah dibuka oleh penghuni kontrakan, isinya ternyata bangkai kepala babi busuk, satu tulang, dan tanah hitam.