Liputan6.com, Jakarta - Tak hanya pria, wanita usia di atas 40 tahun juga memiliki risiko tinggi terkena kanker paru, terutama jika memiliki kebiasaan merokok atau menggunakan vape.
"Benar, wanita di atas 40 tahun, terutama yang punya genetik Asia Timur dan gen kanker paru-paru, berisiko terkena penyakit ini," kata Dokter Spesialis Paru di Siloam Hospitals Lippo Village, Prof. dr. Allen Widysanto, Sp.P.
Prof. Allen menjelaskan bahwa kanker paru merupakan tumor yang berasal dari parenkim paru-paru atau bronkus. Penyakit ini menjadi salah satu penyebab utama kematian di Amerika Serikat dan Indonesia.
Yang memprihatinkan, kanker paru sering kali muncul tanpa gejala spesifik, baik pada pria maupun wanita. Mayoritas pasien datang ke dokter dalam kondisi sudah stadium lanjut.
"Ada beberapa gejala umum seperti batuk yang tak kunjung sembuh selama berminggu-minggu, batuk berdarah, nyeri dada, dan sesak napas," kata Allen.
Merokok dan Vape Jadi Pemicu Utama
Gejala lainnya bisa terlihat dari kondisi fisik pasien, seperti tampak lemas, suara napas yang tidak normal, benjolan di leher, ketiak, atau dinding dada, hingga tanda pembesaran hati.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan, seperti foto thorax dan CT scan dengan cairan kontras.
"Dari situ bisa langsung terlihat stadiumnya dan ukuran tumor di paru-paru," ujarnya.
Meski wanita bisa terkena kanker paru, jumlah kasusnya masih lebih tinggi pada pria, terutama perokok aktif, baik rokok tembakau maupun elektrik (vape).
"Merokok adalah faktor paling umum. Sebanyak 90 persen kanker paru menyerang pria perokok, dan 70 sampai 80 persen menyerang wanita perokok," kata Allen.
Dalam sebatang rokok, terdapat lebih dari 7.000 bahan kimia dari pembakaran daun tembakau yang tidak sempurna. Sebanyak 70 di antaranya bersifat karsinogenik alias penyebab kanker.
Tak hanya perokok aktif, perokok pasif yang terpapar asap rokok juga berisiko tinggi terkena kanker paru.
"Jangan tertipu dengan vape. Katanya aman, padahal sama bahayanya. Bahkan bisa menyebabkan kondisi ‘popcorn lung’, yaitu kerusakan saluran udara kecil di paru-paru. Napas jadi berat dan sesak," kata Allen.
Deteksi Dini Sangat Penting
Karena gejalanya samar, sebanyak 75 persen pasien yang datang ke Prof. Allen sudah berada di tahap lanjut. Dia pun mengingatkan pentingnya gaya hidup sehat dan menjauhi faktor risiko.
"Jauhi rokok, vape, dan perokok. Mulailah hidup sehat, rajin olahraga, dan lakukan screening sejak dini," katanya.
Salah satu metode screening yang aman dan efektif adalah CT Scan Low Dose, seperti yang tersedia di Siloam Hospitals Lippo Village. Pemeriksaan ini menggunakan radiasi minimal untuk mendeteksi kanker paru sejak stadium nol.
"Deteksi dini adalah kunci untuk meningkatkan angka harapan hidup pasien. Dengan CT Scan Low Dose, kami bisa menemukan kelainan pada paru-paru bahkan sebelum gejalanya muncul," pungkas Allen.