Liputan6.com, Jakarta Kentut adalah proses alami tubuh untuk mengeluarkan gas dari saluran pencernaan. Meskipun sering dianggap sepele, frekuensi kentut yang berlebihan bisa menjadi indikasi adanya masalah kesehatan yang mendasari. Memahami penyebab di balik seringnya kentut dapat membantu mengidentifikasi kondisi yang memerlukan perhatian medis, terutama jika Anda bertanya-tanya, sering kentut tanda penyakit apa.
Gas usus merupakan ekspresi aktivitas metabolisme mikrobiota usus, terutama karbohidrat dalam kasus H2 dan CH4. Perubahan komposisi gas dan penanganan udara, baik secara langsung maupun saat terpapar makanan, relevan untuk penyakit GI dan ekstra-GI, sebagaimana dijelaskan oleh Scaldaferri et al. dalam European Review in Medical and Pharmacological Sciences (2013).
Pertanyaan "sering kentut tanda penyakit apa?" penting untuk dijawab karena kentut berlebihan bisa menjadi sinyal dari gangguan pencernaan atau kondisi medis lainnya. Berikut Liputan6.com ulas lengkap tentang sering kentut tanda penyakit apa melansir dari berbagai sumber, Selasa (22/7/2025).
Sering Kentut Tanda Penyakit
Kentut adalah bagian normal dari proses pencernaan, namun jika terjadi lebih dari 20 kali sehari, hal ini bisa menandakan adanya gas usus yang berlebihan. Gas berlebihan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk menelan udara secara berlebihan (aerophagia) atau mengonsumsi makanan tertentu.
Menurut Mayo Clinic, kentut yang terlalu sering bisa menjadi tanda adanya gangguan pencernaan. Kondisi seperti penyakit celiac, kanker usus besar, sembelit, gangguan makan, dispepsia fungsional, penyakit refluks gastroesofageal (GERD), gastroparesis, obstruksi usus, sindrom iritasi usus besar (IBS), intoleransi laktosa, kanker ovarium, hingga insufisiensi pankreas dapat memicu gejala ini.
Konsumsi makanan cepat, mengunyah permen karet, atau penggunaan gigi palsu yang longgar dapat menjadi faktor pemicu udara tertelan, yang kemudian memicu kentut. Gas yang keluar dapat berbau menyengat akibat kandungan gas bergugus indol atau hidrosulfida (S-H) yang tercampur.
Penyakit atau Gangguan Pencernaan Terkait Kentut Berlebihan
Kentut berlebihan bisa menjadi gejala dari kondisi medis serius yang memengaruhi sistem pencernaan. Melansir dari Medical News Today, kondisi seperti intoleransi laktosa, penyakit celiac, masalah malabsorpsi, atau sindrom iritasi usus besar (IBS) dapat menyebabkan peningkatan produksi gas.
Intoleransi laktosa, misalnya, terjadi ketika tubuh kesulitan mencerna laktosa, gula yang ditemukan dalam produk susu, yang kemudian difermentasi oleh bakteri usus menghasilkan gas berlebihan. Healthline juga mencatat bahwa jika diet tidak mengandung banyak karbohidrat atau gula, dan tidak menelan udara berlebihan, sering kentut dapat disebabkan oleh kondisi medis seperti gastroenteritis, penyakit Crohn, diabetes, kolitis ulseratif, atau sindrom dumping.
Cleveland Clinic juga menyebutkan bahwa jika kentut disertai gejala lain seperti kram perut, diare, konstipasi, atau darah dalam tinja, sebaiknya segera diperiksa. Gejala-gejala ini bisa mengindikasikan kondisi yang lebih serius seperti gastroenteritis, SIBO (Small Intestinal Bacterial Overgrowth), atau obstruksi usus. Dalam kasus yang sangat jarang, sering kentut yang tidak normal (lebih dari 20 kali/hari) dan berbau menyengat bisa menandakan penyakit serius seperti kanker kolon, penyakit Crohn, kolitis ulseratif, atau gastroparesis, meskipun hal ini tergolong jarang terjadi.
Mekanisme dan Beragam Penyebab Gas Usus Berlebihan
Gas di dalam usus terbentuk dari dua sumber utama: udara yang tertelan dan fermentasi bakteri di usus besar yang memecah zat tak tercerna. Udara yang tertelan (aerophagia) dapat terjadi saat makan atau minum terlalu cepat, berbicara sambil makan, mengunyah permen karet, atau merokok. Gas ini sebagian besar terdiri dari nitrogen dan oksigen, sebagaimana dijelaskan oleh Mayo Clinic.
Sumber fermentasi gas ini sangat dipengaruhi oleh pola makan, seperti konsumsi oligosakarida, serta komposisi mikrobiota usus. Hal ini menjelaskan mengapa beberapa orang lebih rentan mengalami kentut berlebihan dibandingkan yang lain. Penelitian dalam European Review in Medical and Pharmacological Sciences (Scaldaferri et al., 2013) menekankan bahwa perubahan komposisi mikrobiota usus dapat memengaruhi produksi gas, terutama pada kondisi dysbiosis, seperti SIBO (Small Intestinal Bacterial Overgrowth).
Produksi gas usus juga berasal dari fermentasi karbohidrat tidak terserap—seperti oligosakarida, fruktan, poliol, dan laktosa—oleh bakteri di usus besar. Karbohidrat ini umumnya ditemukan dalam kacang-kacangan, sayuran cruciferous (brokoli, kubis), buah-buahan, dan produk susu. Mayo Clinic mencatat bahwa makanan seperti kacang-kacangan, lentil, brokoli, kembang kol, produk susu, fruktosa, dan sorbitol sering menjadi pemicu gas.
Selain fermentasi, aerofagia—yaitu kebiasaan menelan udara saat makan atau berbicara—juga menjadi penyebab kentut berlebihan. Udara yang tertelan ini mengandung nitrogen dan oksigen yang kemudian dilepaskan melalui kentut atau sendawa. Bakteri di kolon tidak hanya memproduksi gas seperti H₂, CO₂, dan metana, tetapi juga menghasilkan senyawa bau seperti hidrogen sulfida dan metantiol, yang menyebabkan kentut berbau menyengat. Orang dengan sindrom iritasi usus besar (IBS) cenderung mengalami masalah pengosongan gas (gas retention) atau kepekaan usus berlebihan, sehingga gas yang sebenarnya normal pun menimbulkan sensasi kembung dan kentut yang sering.