Liputan6.com, Jakarta - Dalam hiruk pikuk hidup yang serba cepat, kebahagiaan kerap terasa seperti sesuatu yang jauh dan sulit diraih. Namun, pameran seni bertajuk The World of Happiness yang diadakan Kie Art Projects di Braling Hotel, Purbalingga, menghadirkan perspektif berbeda. Kebahagiaan sejati ternyata bisa ditemukan dalam proses kreatif, salah satunya lewat seni neurografis.
Seni neurografis adalah metode yang memadukan seni, psikologi, dan neurosains. Teknik ini mengajak pelakunya untuk menggambar garis dan bentuk organik menyerupai neuron, tanpa sudut lancip, sehingga membentuk pola yang mengalir bebas.
Tujuannya bukan sekadar menghasilkan karya visual. Tetapi juga memicu terbentuknya jalur saraf baru yang membantu memproses emosi dan pikiran secara lebih sehat.
"Bagi saya, seni neurografis adalah perjalanan masuk ke dalam diri. Setiap garis dan warna lahir dari energi batin yang damai," ujar salah satu seniman yang memamerkan karyanya di The World of Happiness, Geetha_Thom, saat berincang bersama Health Liputan6.com belum lama ini.
Kie Art Projects, yang didirikan Selamet Santosa dan Gita Yohanna Thomdean, S.Farm., Apt., selama lima tahun terakhir konsisten mengangkat karya seni dari Desa Kartun, Sidareja, Purbalingga. Misi mereka jelas: menghadirkan seni dari akar budaya lokal tapi dengan daya jelajah global.
"Kami menemukan potensi luar biasa di Purbalingga yang sebelumnya tersembunyi. Dari keterbatasan, lahirlah kekuatan baru," kata Gita.
Berhenti Sejenak dari Kebisingan Dunia
Lewat pameran kali ini, Kie Art Projects mengajak pengunjung untuk berhenti sejenak dari kebisingan luar, dan mengarahkan pandangan ke dalam diri. Tema The World of Happiness bukan sekadar slogan, tapi undangan untuk merenung: sudahkah kita benar-benar merasakan bahagia?
Salah satu karya yang mencuri perhatian adalah lukisan neurografis berjudul Cinta Tanpa Syarat karya Geetha_Thom. Lukisan ini menampilkan garis hitam berliku yang saling terhubung, merepresentasikan jejaring pikiran, emosi, dan pengalaman yang tak pernah terputus.
Bidang warna merah muda, biru, kuning, oranye, dan hijau menggambarkan fragmen perasaan yang hidup di dalam diri. Lingkaran merah muda di pusatnya menjadi simbol cinta, semangat, dan kesadaran.
"Manusia sering tersesat dalam labirin keegoisan hingga lupa bahwa dia pernah menjadi makhluk cahaya kasih Tuhan. Saat kita berserah, ingatan akan jati diri sejati pun pulang," kata Geetha_Thom.
Menurutnya, seni neurografis bukan sekadar media ekspresi, tapi juga terapi batin. Proses menggambar garis organik dan memberi warna menjadi cara untuk melepaskan beban pikiran, mengolah emosi, dan menemukan kedamaian.
Para Seniman dan Perspektif Bahagia
Selain Geetha_Thom, pameran The World of Happiness juga menampilkan karya dari sembilan seniman lainnya dengan sudut pandang unik:
- Budi, dengan lukisan yang menggambarkan hubungan harmonis manusia dan alam.
- Aprianto, menghadirkan panorama kehidupan persawahan sebagai simbol kemakmuran dan ketahanan pangan.
- Darmawan, menampilkan ayam jago sebagai lambang ketangguhan, keberanian, sekaligus spiritualitas.
- Sutarmo, membawa karya yang memvisualisasikan kedamaian lewat suara burung dan pepohonan.
- Zaly, merepresentasikan kemakmuran melalui simbol koin emas dan elemen kekayaan lainnya.
- Rakhma, menggambarkan keberanian dan keagungan lewat puncak-puncak gunung Nusantara.
- Alexa, pelukis muda dengan karakter gadis kribo yang penuh percaya diri dan otentik.
- Novanda, memadukan acrylic dan crochet dalam lukisan, serta instalasi sepasang rusa sebagai simbol kebahagiaan.
- Annisa, mengangkat narasi ritual Dusun Peninisan di Desa Sidareja yang menjadi cikal bakal lahirnya Kie Art.
Kehadiran mereka membuat pameran ini kaya akan warna, simbol, dan perspektif, sehingga setiap pengunjung bisa menemukan definisi bahagia versinya sendiri.
Dari Terapi Pribadi ke Inspirasi Publik
Seni neurografis awalnya berkembang sebagai metode self-healing di Rusia pada 2014. Namun, kini telah merambah ke banyak negara.
Geetha_Thom memadukannya dengan pendekatan spiritual, sehingga setiap karyanya bukan hanya memanjakan mata, tetapi juga menyentuh hati.
"Kebahagiaan sering kita kira ada di luar sana, padahal Ia ada di hal-hal sederhana yang sering kita lupakan," tulisnya dalam narasi kuratorial pameran.
The World of Happiness bukan hanya ajang pamer lukisan. Ia adalah ruang kontemplasi, ruang penyembuhan, dan ruang untuk kembali ke dalam diri.
Lewat karya-karya yang jenaka, jujur, dan penuh kesadaran, pameran ini mengajarkan bahwa bahagia bisa ditemukan dalam keheningan, rasa syukur, dan cinta tanpa syarat.
"Bahagia itu sederhana. Ia hadir saat kita damai dengan diri sendiri," tutup Geetha_Thom.