Liputan6.com, Jakarta - Resiliensi adalah kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit.
Resiliensi perlu dimiliki semua orang termasuk mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan. Penelitian baru mengungkap bahwa meskipun mahasiswa memiliki kepercayaan diri akademik, tapi resiliensi terbukti menjadi penentu dalam menjaga kesehatan mental mereka di tahun pertama kuliah.
Hal ini disampaikan dosen Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro (Undip), Dr.phil. Dian Veronika Sakti Kaloeti, S.Psi., M.Psi., dalam forum ilmiah World Congress on Positive Psychology 2025 di Brisbane, Australia.
Ia menegaskan pentingnya budaya akademik dan pendekatan pembelajaran yang mendukung adaptabilitas dan fleksibilitas psikologis mahasiswa.
Dosen yang akrab disapa Vio merekomendasikan pula pendekatan Positive Education yang mengajarkan keterampilan coping, growth mindset, dan kesadaran kekuatan personal menjadi model efektif dalam menciptakan adaptasi positif di masa perkuliahan. Dia juga mengingatkan bahwa resiliensi bukanlah bawaan lahir.
“Resiliensi bukanlah bawaan lahir, melainkan keterampilan yang dapat diajarkan dan dikembangkan dalam sistem pendidikan tinggi,” ujar Vio dalam kegiatan yang digelar di International Positive Psychology Association (IPPA) pada Sabtu 5 Juli 2025.
Oleh karena itu, pendekatan sistemik yang berbasis psikologi positif dan berakar pada konteks budaya lokal menjadi kunci dalam mendukung kesejahteraan mahasiswa di masa transisi kritis ini.