Liputan6.com, Jakarta Ramainya fenomena childfree di dunia sejauh ini belum menjadi hal yang mengkhawatirkan di Indonesia. Childfree adalah keputusan untuk tidak memiliki anak.
Hal ini disampaikan Deputi Pengendalian Kependudukan, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga/BKKBN), Dr. Bonivasius Prasetya Ichtiarto, S.Si., M.Eng, dalam press briefing State of World Population Report (SWP) 2025 di Jakarta, Kamis, 3 Juli 2025.
"Angka childfree di negara kita sangat rendah, masih 0,001 persen,” ujarnya.
Meski begitu, ia menekankan bahwa fenomena ini tetap harus menjadi perhatian karena sudah terjadi di beberapa negara.
“Namun fenomena childfree ini harus menjadi perhatian kita juga, karena sudah terjadi di beberapa negara," terang Bonivasius.
Dia juga menerangkan, Indonesia tidak dalam kondisi krisis fertilitas, sehingga program Keluarga Berencana (KB) tetap diperlukan. Sementara, data SWP menunjukkan bahwa jutaan orang di dunia tak bisa menambah jumlah anak karena faktor ekonomi dan sosial.
Laporan yang dipublikasi United Nations Fund for Population Activities (UNFPA) ini menunjukkan, 1 dari 5 orang di 14 negara termasuk Indonesia memperkirakan tidak akan memiliki jumlah anak yang mereka inginkan.
Dari 1.015 responden di Indonesia yang disasar oleh survei yang dilakukan secara daring itu, pemicu utamanya adalah biaya membesarkan anak yang tinggi, ketidakstabilan pekerjaan, perumahan, kekhawatiran tentang situasi dunia, dan tidak adanya pasangan yang sesuai. Gabungan antara ketidakstabilan ekonomi dan norma yang mendiskriminasi gender berperan dalam permasalah ini.
Fenomena childfree ramai jadi pembicaraan. Pro kontra terkait pemilihan jalan hidup ini jadi polemik di masyarakat. Mengapa seseorang memilih childfree? Apa pula yang idealnya perlu dipersiapkan ketika kita memilih untuk memilih childfree atau memili...