Liputan6.com, Jakarta Bagi banyak orang dengan penyakit kronis seperti penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, atau kolesterol, mengandalkan obat seumur hidup sering dianggap sebagai satu-satunya pilihan. Faktanya, penerapan pola makan dapat membantu mengendalikan gejala serta memperbaiki kualitas hidup.
Dokter spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah konsultan jantung intervensi dari Bethsaida Hospital Gading Serpong, Profesor dr. Dasaad Mulijono, mengungkapkan bahwa diet nabati utuh (whole food plant-based diet) mampu membantu mengurangi bahkan menghentikan pada obat-obatan tertentu.
Dasaad mencontohkan pada kasus pasien hipertensi yang identik dengan makan obat seumur hidup. Ternyata dengan menerapkan pola makan nabati utuh tekanan darah pasien bisa stabil tanpa terus menerus mengonsumsi obat.
"Ada pasien hipertensi yang tadinya minum tiga jenis obat, setelah menjalankan whole-food plant-based diet, jadi (nol) obat," tutur Dasaad kepada awak media pada Kamis, 17 Juli 2025 di Gading Serpong.
Selain pada pasien hipertensi, manfaat penerapan whole-food plant-based diet juga bisa dirasakan pada pasien diabetes. Konsumsi pangan nabati bisa membantu pasien mengontrol gula darah sehingga bisa hanya menggunakan obat oral.
"Lalu pada pasien dislipidemia atau kolesterol tinggi, dengan whole-food plant-based diet pasien bisa mencapai kadar LDL di bawah 30 mg/dL," tuturnya.
Keuntungan menjalankan program whole-food plant-based diet juga bisa dijalankan pada pasien dengan penyakit jantung koroner. "Pada pasien penyakit jantung koroner yang sumbatan belum begitu besar, di bawah 50 persen, itu bisa mengkerut jadi lebih kecil," tutur pria yang mendapatkan gelar dokter spesialis di Australia itu.
Apa Itu Whole-Food Plant-Based Diet?
Dasaad menjelaskan whole-food plant-based diet merupakan pola makan yang berfokus pada konsumsi makanan nabati utuh. Dimana orang tersebut mengonsumsi makanan seperti nasi merah, kentang, sayur, buah, tahu, tempe, kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang merah, kacang hitam.
Dasaad mengatakan pendekatan ini sudah lama diterapkan di Amerika Serikat dan mulai ia bawa ke Indonesia sekitar enam tahun lalu. Meski awalnya banyak yang skeptis dan tidak cocok untuk budaya makan lokal, nyatanya banyak pasien justru menunjukkan perbaikan signifikan setelah mengikuti pola makan ini secara konsisten.
Salah satu contohnya, kata Dasaad, pasien perempuan yang nyaris mengalami diabetes dengan kadar HBA1C di angka 6,2. Namun, setelah menjalankan diet pola makan nabati utuh di bawah pengawasan dokter, kadar HBA1C menjadi 5,5 dan berat badan turun 16 kg dalam tiga bulan.
Dasaad mengungkapkan dengan kondisi Indonesia yang berlimpah sumber pangan seperti buah, sayur dan kacang-kacangan maka amat mendukung untuk menerapkan whole-food plant-based diet.
"Di Indonesia kaya sekali buah dan sayur, tempe dan tahu juga banyak yang merupakan sumber protein nabati. Lalu kacang-kacangan seperti kacang merah, kacang hijau, ada banyak ya," tuturnya.
Ketersediaan bahan pangan nabati yang beragam meningkatkan potensi pola makan ini bisa berjalan dalam waktu lama.
"Kalau kita makan sehat (seperti ini) bisa langgeng bisa bertahan lama," tuturnya.
Langkah Pertama Jalankan Whole-Food Plant-Based Diet, Konsultasi
Sebelum memulai pola makan berbasis nabati utuh (whole-food plant-based diet), penting bagi setiap orang untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Pasalnya, setiap individu memiliki riwayat kesehatan yang berbeda sehingga pola makan yang dilakukan perlu disesuaikan dengan kondisi pasien.
Untuk mendukung rekomendasi pola makan diet, maka perlu dilakukan serangkaian pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya.
"Periksa darah dulu, lalu bila pasien yang sudah berumur maka perlu dicek ada atau tidaknya sumbatan jantung, lalu ada diabetes, perlemakan hati, kelainan ginjal atau inflamasi," tuturnya.
Setelah diketahui, baru bisa diberi tahu makanan yang disesuaikan secara spesifik sesuai kondisi.
"Misalnya pada orang dengan ada sumbatan di jantung dan yang tidak, itu berbeda makannya," katanya.
Setelah mendapatkan menu makan yang disesuaikan dengan kondisi tubuh, pasien akan menjalani konsultasi rutin sesuai jadwal yang telah ditentukan, misalnya setiap minggu.
Jika kondisi kesehatan pasien sudah membaik dan terkontrol, frekuensi konsultasi dapat dikurangi menjadi setiap tiga bulan sekali.
Jalankan Pola Hidup Sehat
Selain diet, hal lain yang Dasaad tekankan pada orang dengan penyakit kronisi seperti diabetes, jantung, hipertensi adalah menjalankan pola hidup sehat.
Termasukk berolahraga minimal 150 menit per minggu sesuai kondisi tubuh. Hal ini bisa tercapai dengan menjalankan olahraga 30 menit sehari dalam lima hari.
Lalu, tidur yang cukup, mampu mengontrol stres dan menjauhkan diri dari produk yang merusak seperti rokok dan alkohol juga penting dalam mendukung perbaikan dari penyakit kronis.