Liputan6.com, Jakarta Teknologi kesehatan terus berkembang pesat dengan sejumlah ragam inovasi untuk menjawab tantangan medis modern. Salah satu yang tengah gencar melakukan inovasi di bidang kesehatan adalah Taiwan.
Taiwan sudah menjalankan kecerdasan buatan (AI) yang mampu memprediksi risiko gagal ginjal hingga terapi proton untuk kanker dengan efek samping minimal. Dari aspek supelemen kesehatan, Taiwan juga berkembang salah satunya produk yang mendukung kesehatan pasien kanker.
Beragam inovasi kesehatan asal Taiwan bakal ditampilkan ke Tanah Air melalui Taiwan Healthcare Industry Trade Mission to Indonesia bakal membawa empat rumah sakit dan sepuluh perusahaan inovatif. Kegiatan yang diimplementasikan oleh Taiwan External Trade Development Council (TAITRA) bakal menyoroti keunggulan Taiwan dalam layanan medis, solusi rumah sakit, suplemen nutrisi, serta perangkat kesehatan dan gaya hidup.
Delegasi Taiwan dijadwalkan menggelar pertemuan business matchmaking pada tanggal 24 September 2025 di Pullman Jakarta. Lalu, bakal mengikuti Hospital Expo pada 25–28 September 2025 di ICE BSD, Hall 2, Booth 339–340.
Menurut Direktur TAITRA, Amy Hsiao, kehadiran Taiwan ke Indonesia karena menilai potensi pasar kesehatan yang besar.
“Pasar alat kesehatan di Indonesia berkembang pesat, sementara sektor suplemen juga tumbuh seiring meningkatnya kesadaran masyarakat. Taiwan adalah pemimpin tepercaya di kedua bidang ini dikenal dengan perangkat berkualitas tinggi dan suplemen berbasis riset,” kata Amy.
Salah satu perusahaan teknologi kesehatan asal Taiwan yang bakal datang adalah Huede Healthtech Co., Ltd. Perusahaan ini menciptakan teknologi yang mampu memprediksi risiko gagal ginjal dengan perangkat lunak berbasis kecerdasan buatan (AI).
Perusahaan lain asal Taiwan juga bakal menampilkan teknologi medis inovatif ke Indonesia. Mulai dari LeSONO LK128 sebuah perangkat USG genggam nirkabel dengan AI yang memudahkan diagnosa cepat, hingga ArcBlate dari EpiSonica Corp., sistem ablasi ultrasound fokus untuk perawatan non-invasif tanpa sayatan.
Taiwan juga memiliki perusahaan yang memiliki inovasi yang memiliki sistem perawatan luka dengan dual-therapy yang diklaim mampu mengurangi risiko infeksi hingga 50 persen.