Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI resmi meluncurkan Program Pengampuan Layanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Provinsi Jawa Barat, menjadikannya provinsi pertama yang menjadi percontohan nasional untuk strategi terukur dan berkelanjutan.
Peluncuran ini dilakukan dalam Kick Off Intervensi Pencegahan dan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI-AKB) yang digelar di Auditorium Pusat Pelayanan Ibu dan Anak Terpadu, Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung, Selasa (10/6).
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa isu AKI dan AKB bukan sekadar angka statistik.
“Ini bukan soal data, ini soal nyawa,” tegas Menkes, mengutip laman Sehat Negeriku, Kemenkes.
Ia menyebutkan, kontribusi Jawa Barat sangat signifikan terhadap angka kematian nasional. “Kalau Jawa Barat bisa menurunkan angka kematian ibu dan bayi, maka angka nasional juga ikut turun. Karena 17% kematian ibu dan bayi terjadi di Jawa Barat,” ujarnya.
Mengapa Jawa Barat?
Direktur Jenderal Kesehatan Layanan Primer dan Komunitas Kemenkes, dr. Endang Sumiwi, menjelaskan bahwa dipilihnya Jawa Barat bukan tanpa alasan. Provinsi ini memiliki jumlah penduduk terbanyak di Indonesia, disertai beban kematian ibu dan bayi yang tinggi. Di sisi lain, sistem pelaporan fasilitas kesehatan di Jawa Barat sudah berjalan sangat baik, dengan capaian lebih dari 90%.
“Tiga kabupaten dengan beban kematian tertinggi, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Garut, dan Kabupaten Bandung, akan menjadi fokus intervensi. Masing-masing akan didampingi oleh rumah sakit pengampu nasional: RS Harapan Kita Ibu dan Anak, RSCM, dan RSHS,” ujar dr. Endang.
Program ini melibatkan 12 puskesmas dan jejaring fasilitas layanan kesehatan tingkat pertama. Fokus utama pengampuan mencakup standardisasi SOP klinis, penguatan sistem rujukan berjenjang, pelatihan tenaga kesehatan secara berkelanjutan, hingga mentoring langsung oleh rumah sakit pengampu.