Mendengkur keras terjadi ketika aliran udara mengalami turbulensi dan penyempitan jalan napas melalui saluran yang longgar. Semakin sempit saluran napas, semakin kuat aliran udara, dan semakin keras suara dengkuran yang dihasilkan. Mengutip dari Yale Medicine, terdapat beberapa penyebab medis dan faktor risiko yang berkontribusi terhadap mendengkur keras meliputi:
Anatomi Mulut dan Tenggorokan
Saat tidur, otot-otot di langit-langit mulut (palatum molle), anak tekak (uvula), lidah, dan tenggorokan menjadi rileks. Relaksasi ini dapat menyebabkan jaringan tersebut menghalangi sebagian aliran udara, memicu getaran dan suara dengkuran.
Otot dan jaringan yang sedang rileks inilah yang menyebabkan terhalangnya aliran udara yang lewat, sehingga terjadilah getaran atau dengkur.
Selain itu, memiliki langit-langit mulut yang rendah atau tebal juga dapat mempersempit saluran napas. Jika uvula (jaringan yang menggantung di belakang mulut) memanjang, dapat menghalangi aliran udara dan meningkatkan getaran. Pembengkakan amandel atau kelenjar adenoid, serta pangkal lidah yang besar, juga bisa menghalangi saluran pernapasan.
Masalah Hidung dan Saluran Napas
Kondisi seperti pilek (rinitis), sinusitis, atau alergi dapat menyebabkan hidung tersumbat, memaksa seseorang bernapas melalui mulut dan menghalangi jalan napas, sehingga memicu dengkuran. Alodokter.com menyebutkan hidung atau saluran napas tersumbat karena pilek atau sinusitis sebagai salah satu penyebab mendengkur.
Sekat lubang hidung yang bengkok (septum deviasi) atau kelainan bentuk tulang hidung juga dapat menghalangi aliran udara. Polip hidung, yang merupakan pertumbuhan jaringan non-kanker di dalam hidung, juga dapat menghalangi saluran pernapasan dan menyebabkan dengkuran keras.
Kondisi Medis Serius: Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Mengutip dari Cleveland Clinic, Mendengkur keras, terutama yang disertai dengan henti napas sesaat, tersedak, atau terengah-engah saat tidur, adalah gejala utama dari Obstructive Sleep Apnea (OSA).
Pada OSA, jaringan di tenggorokan menghalangi sebagian atau seluruh aliran udara, menyebabkan pernapasan terhenti sementara selama beberapa detik dan penurunan kadar oksigen dalam darah. Akibatnya dengkuran menjadi sangat keras ketika saluran terbuka kembali Risiko kesehatan jangka panjang termasuk tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, dan diabetes
Houston Methodist juga menyebut mendengkur terkadang bisa menjadi gejala obstructive sleep apnea (OSA), suatu kondisi di mana pernapasan berhenti dan mulai berulang kali saat tidur. OSA merupakan kondisi serius yang dapat meningkatkan risiko hipertensi, diabetes tipe 2, penyakit jantung, stroke, dan bahkan kematian mendadak.
Faktor Lain yang Berkontribusi
- Berat Badan Berlebih (Obesitas): Kelebihan berat badan, terutama penumpukan lemak di sekitar leher dan tenggorokan, dapat menekan saluran napas dan mempersempitnya, sehingga menyebabkan dengkuran. Halodoc.com menggarisbawahi bahwa kegemukan atau obesitas menyebabkan banyak lemak tertimbun di sekitar tenggorokan yang membuat jalan napas menyempit.
- Konsumsi Alkohol dan Obat Penenang: Alkohol dan obat-obatan yang menyebabkan kantuk (sedatif) dapat merelaksasi otot-otot tenggorokan secara berlebihan, memperlambat pernapasan, dan meningkatkan risiko mendengkur.
- Posisi Tidur: Tidur telentang memungkinkan pangkal lidah dan langit-langit lunak jatuh ke belakang tenggorokan, menyempitkan saluran napas dan menghalangi aliran udara, yang seringkali membuat dengkuran lebih keras.
- Usia: Seiring bertambahnya usia, mendengkur menjadi lebih umum karena penurunan tonus otot, yang menyebabkan saluran napas menyempit, seperti yang dijelaskan oleh Cleveland Clinic.
- Kurang Tidur: Kurang tidur dapat menyebabkan otot tenggorokan menjadi lebih rileks, memperburuk dengkuran.
- Merokok: Merokok dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada dinding saluran napas, menyebabkan pembengkakan dan penyumbatan aliran udara.