
Mari belajar dari fenomena taksi listrik asal Vietnam, yang kini wara wiri di jalanan Ibu Kota. Ada catatan menarik dari eksistensi armada yang diklaim ramah lingkungan itu terkait komparasi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dan Vietnam, perbedaan sektor yang diprioritaskan, hingga pergeseran minat dan keterampilan tenaga kerja di dua negara. Tak kalah pentingnya, ada pula refleksi terhadap makin meningkatnya kesadaran konsumen pada isu lingkungan.
Layanan taksi Xanh SM yang di Indonesia lebih dikenal sebagai GreenSM telah beroperasi di tiga negara, semuanya di Asia Tenggara. Selain di negeri asalnya dan Indonesia, Limogreen juga mengaspal di Laos. Dikutip dari Media Indonesia, Senin, 23 Desember 2024, CEO Global GSM Nguyen Van Thanh mengatakan, Indonesia merupakan pasar yang menarik karena target negeri ini untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Berdiri pada 2023, mobil listrik yang digunakan Xanh SM seluruhnya VinFast Limogreen yang juga berasal dari Vietnam. Masuk ke Indonesia pada 18 Desember 2024, varian armada yang digunakan adalah VinFast e34.
Vietnam salip Indonesia
Keberadaan Limogreen di Indonesiamencerminkan komparasi situasi ekonomi kedua negara. Kondisi ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,12% secara year-on-year (yoy) pada kuartal II-2025, tertinggi sejak kuartal II-2023 atau dalam dua tahun. Sektor yang memberi kontribusi besar adalah industri pengolahan, perdagangan, pertanian, konstruksi dan pertambangan dengan total menyumbang 63,96% terhadap PDB.
Indonesia masih menempati peringkat kedua atau satu tingkat di bawah Vietnam yang mencatat pertumbuhan sebesar 7,96%. Sementara Malaysia dan Singapura masing-masing mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,50% dan 4,30%.
Vietnam tumbuh tinggi karena peningkatan investasi, ekspansi konsumsi domestik, ekspor, hingga sektor manufaktur. Sementara Indonesia lebih bergantung pada sumber daya alam. Fenomena melesatnya manufaktur Vietnam itu sempat diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia
(Aprisindo) Eddy Widjanarko yang menyatakan Indonesia mendapat berkah dari minimnya tenaga kerja Vietnam yang mau bekerja di pabrik sepatu. "Mereka beralih ke manufaktur lain yang dirasa lebih menarik," kata Eddy.
Geber promo
Agar eksis di pasar Indonesia, selain konsisten mengangkat isu energi hijau dalam berbagai kampanyenya, GreenSM juga getol menebar promo di aplikasinya. CEO Global GSM, Nguyen Van Thanh, menjelaskan, pada berbagai momentum tingginya mobilitas warga, misalnya pada Ramadan 2025, GreenSM memberikan potongan hingga 15% yang bisa dipakai pada 15 kali perjalanan. Ada pula fitur Xanh2Home yang menyerupai layanan sewa mobil yang memungkinkan penggunaan layanan taksi dalam durasi mulai dari 3 jam hingga maksimal 8 jam dan jarak yang dapat ditempuh mulai 45 km hingga 120 km.
Duta Besar Vietnam untuk Indonesia Ta Van Thong, mengungkapkan perdagangan dua arah antara Vietnam dan Indonesia dapat mencapai 15 miliar dolar AS miliar dengan hadirnya Xanh SM ke Indonesia.
"Para pemimpin kami telah menetapkan target baru sebesar 18 miliar dolar AS untuk dicapai dalam beberapa tahun ke depan. Ada minat yang besar dari perusahaan-perusahaan Vietnam untuk berbisnis di Indonesia. Saya berpikir bahwa Indonesia adalah tanah yang subur dan investor akan menuju ke tanah yang baik. Saya berharap nantinya makin banyak perusahaan Vietnam juga datang ke Indonesia dan berkontribusi pada perkembangan negeri ini," kata Thong.
Investasi hijau
Sementara, Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Riyatno, menyatakan dalam upaya mempercepat transisi menuju energi bersih, layanan taksi listrik berperan penting dalam mengurangi emisi, meningkatkan kualitas udara, sehingga menciptakan ekonomi berkelanjutan dan kegiatan ekonomi an yang menghasilkan rendah karbon.
"Semoga nantinya lebih banyak investasi di sektor ekonomi hijau, menciptakan peluang dan inovasi, penciptaan lapangan pekerjaan, serta peningkatan kualitas hidup. Kami akan terus berupaya menginspirasi lebih banyak investasi di sektor ekonomi hijau," kata Riyatno.
Anak muda lebih minati produk hijau
Minat generasi muda terhadap teknologi hijau terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Survei yang dilakukan oleh Katadata Insight Center (2023) menunjukkan bahwa 75% generasi muda di Indonesia menyatakan ketertarikan tinggi terhadap produk dan teknologi ramah lingkungan.
Namun, hanya 28% dari mereka yang benar-benar memahami konsep dan kompetensi apa yang diperlukan untuk berkontribusi di sektor ini. Artinya, meski ada semangat dan kepedulian tinggi, sebagian besar generasi muda masih memerlukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan mendasar yang dibutuhkan untuk terlibat secara aktif dalam pembangunan berkelanjutan. (X-8)