Liputan6.com, Jakarta Timnas Indonesia U-23 menutup fase grup Piala AFF U-23 2025 dengan catatan gemilang. Tujuh poin dari tiga laga cukup untuk memastikan status juara Grup A dan tiket ke semifinal. Di balik performa impresif Garuda Muda, satu nama bersinar terang: Robi Darwis.
Pemain milik Persib Bandung itu menjelma menjadi sosok tak tergantikan dalam skema racikan pelatih Gerald Vanenburg. Dari 270 menit yang tersedia selama fase grup, Robi tampil selama 256 menit.
Robi Darwis menjadi pemain dengan menit bermain terbanyak di skuat Indonesia sejauh ini, melampaui nama-nama lain seperti Toni Firmansyah yang mengoleksi 242 menit.
Vanenburg jelas menaruh kepercayaan besar pada Robi. Ia selalu masuk dalam starting XI dalam tiga laga grup, sesuatu yang jarang mengingat sang pelatih telah merotasi nyaris seluruh anggota tim. Dari total 23 pemain, hanya satu yang belum mencicipi menit bermain: kiper Daffa Fasya. Sementara itu, Robi justru nyaris tak pernah meninggalkan lapangan.
Pilar di Tengah, Fleksibel di Mana Saja
Faktor yang membuat Robi menjadi 'anak emas' Vanenburg tak lain adalah fleksibilitasnya. Pemain berusia 21 tahun itu mampu menjalankan berbagai peran di lapangan. Awalnya dikenal sebagai bek kanan dengan naluri bertahan kuat, Robi kini berkembang menjadi gelandang modern yang mampu menopang alur permainan.
Dalam dua laga terakhir melawan Filipina dan Malaysia, Robi bahkan diplot sebagai gelandang tengah dengan instruksi menyerang. Ia bukan hanya menjadi pemotong serangan lawan, tapi juga pengatur ritme saat Indonesia membangun serangan.
Penempatan posisi ini menunjukkan keberanian Vanenburg bereksperimen, dan sekaligus memperlihatkan kepercayaan besarnya terhadap Robi.
Senjata Rahasia: Lemparan ke Dalam
Selain kemampuan taktis dan teknik, Robi juga menawarkan dimensi unik yang jarang dimiliki pemain lain: lemparan ke dalam jarak jauh yang mematikan. Pada laga pembuka kontra Brunei Darussalam, lemparan panjangnya menghasilkan assist langsung untuk gol Indonesia.
Sementara saat melawan Filipina, lemparan serupa berujung pada gol bunuh diri pemain lawan.
Kemampuan ini menjadikan Robi bukan hanya pemain multifungsi, tetapi juga ancaman bola mati yang tak biasa. Dalam turnamen pendek seperti Piala AFF U-23, detail semacam ini bisa menjadi pembeda antara menang dan gagal.