
SUASANA Desa Sanding, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar pagi tadi terasa begitu nyaman. Hembusan angin membawa kesejukan, setiap tarikan napas terasa menyegarkan. Ada kelegaan baru yang dirasakan warga sejak beberapa bulan terakhir. Persoalan aroma sampah yang selama ini mengganggu kini tak lagi meresahkan.
Kepala Desa Sanding Kompyang Ambarayusa mengatakan, upaya melawan bau akibat sampah sisa makanan (food waste) serta serbuan lalat sebenarnya sudah diinisiasi pada 2022. Namun, perang melawan masalah yang bikin pusing tujuh keliling itu baru benar-benar terasa hasilnya Maret tahun ini.
"Kita punya fasilitas pengelolaan sampah organik berbasis maggot. Berkat bantuan dari Maybank dan kolaborasi banyak pihak, persoalan bau sampah dan serbuan lalat sudah bisa kami atasi," kata Kompyang di Gianyar, Bali, Jumat (22/8/2025).
Menurutnya, fasilitas pengelolaan sampah organik berbasis maggot itu berdiri sejak Maret 2025 di atas lahan seluas 300 meter persegi. Dengan adanya fasilitas tersebut, food waste terutama sisa dari upacara adat yang dalam dua minggu bisa mencapai 500 Kg akhirnya benar-benar teratasi.
"Setiap proses upacara adat khususnya di Desa Sanding, dari awal sampai selesai, food wastenya bisa hampir 500 Kg. (Itu akumulasi) dalam dua minggu. Menyebabkan bau, lalat dan segala macam ini. Tapi sekarang semua itu sudah teratasi," ucapnya gembira.
Sebagai informasi, metode pengolahan sampah organik menggunakan maggot atau larva dari black soldier fly diletakkan pada sampah organik atau food waste. Maggot nantinya akan memakan sampah organik sebagai sumber makanan, enzim pencernaan maggot membantu memecah dan menguraikan sampah organik
Setelah melewati fase larva, maggot selanjutnya dipanen untuk digunakan sebagai pakan. "Ke depannya, kami ingin beternak lele dengan memanfaatkan maggot sebagai pakannya. Tapi yang sekarang ini kami masih fokus pada pengelolaan sampah," lanjut Kompyang.
Ia kembali terkenang masa-masa ketika bantuan dari Maybank belum tiba. Setiap selesai menggelar upacara adat Bali, bau food waste sangatlah menggangu. Biar pun dibuang ke belakang rumah tetap menimbulkan aroma yang tidak sedap. Terutama sisa nasi dan makanan lainnya.
"Food waste sekarang sudah teratasi. Malahan kami sekarang kekurangan sampah. Kami sampai harus mencari ke pasar-pasar (untuk mengumpulkan sampah)," tuturnya.
Sementara itu, Presiden Direktur Maybank Indonesia Steffano Ridwan, memuji komitmen Desa Sanding terhadap pengelolaan sampah. Komitmen yang kuat tersebut menjadi salah satu alasan Maybank tergerak berkolaborasi di Desa Sanding.
"Desa ini sudah punya komitmen yang luar biasa dari Pak Kades dan seluruh masyarakat. Kedua, desa ini sudah memiliki akses pengelolaan sampah anorganik. Dengan bimbingan dari Benihbaik dan rekan-rekan yang lain tentunya ini bisa membuat maju lagi.Ketiga kami melihat budaya dan semangat selaras dengan semangat Maybank Indonesia juga," kata dia seusai mendatangi langsung fasilitas pengelolaan sampah organik berbasis maggot.
Ia menambahkan, semua pihak sudah seharusnya meninggalkan warisan yang baik bagi generasi mendatang. Mereka harus tinggal di bumi yang tidak lagi dibelit peliknya persoalan emisi.
"Isu emisi ini sangat luar biasa sekali. Kalau diibaratkan negara, sampah adalah penghasil emisi ketiga terbesar di dunia. Kami juga ingin membantu mengurangi emisi di Bali karena tiap tahun mengadakan Maybank Marathon. Targetnya free emisi 2030. Karena tidak mungkin zero emisi mendadak. Ini adalah program jangka panjang. Harus konsisten," tegas Steffano.
Sebelum mendatangi fasilitas pengelolaan sampah organik berbasis maggot di Desa Sanding, Steffano terlebih dahulu menjadi narasumber dalam talk show bertema "Jejak Hijau Desa Sanding: Menuju Masa Depan Netral-Karbon". Ia bersama para narasumber lainnya menyoroti pentingnya kolaborasi multi-pihak dalam mendukung target netral karbon di tingkat lokal.
Acara dilanjutkan dengan penandatanganan nota kesepahaman atas dukungan terhadap Inisiatif Bali Emisi Nol Bersih 2045, penyerahan bantuan triseda elektrik, panel surya atap dan ditutup dengan kunjungan ke fasilitas BSF yang mengolah sampah organik menjadi pupuk dan pakan ternak.
Inisiatif ini merupakan langkah awal dari rangkaian program jangka panjang yang akan terus dikembangkan bersama komunitas, akademisi, dan pemangku kepentingan untuk menjadikan Desa Sanding sebagai inspirasi bagi desa-desa lain di Indonesia. (I-1)