Liputan6.com, Jakarta Sunscreen tidak hanya memiliki fungsi untuk mencegah kulit terbakar akibat paparan sinar matahari. Tetapi juga membantu melindungi kulit dari kerusakan jangka panjang akibat sinar ultraviolet (UV) dan mengurangi risiko kanker kulit.
Penting untuk tidak sekadar memilih sunscreen yang “populer” atau hanya mempertimbangkan tekstur dan wangi. Kamu perlu memahami faktor-faktor lain yang penting untuk memberikan perlindungan yang optimal.
Beberapa faktor utama yang perlu dipertimbangkan antara lain SPF (Sun Protection Factor), perlindungan spektrum dari UVA dan UVB, serta kecocokan dengan kebutuhan dan jenis kulit.
1. Pilih yang Mengandung SPF 30 atau Lebih Tinggi
SPF (Sun Protection Factor) adalah angka yang menunjukkan seberapa baik produk tersebut melindungi kulit dari sinar UVB. Jenis sinar ini yang paling sering menyebabkan kulit terbakar.
Kandungan ini tidak menunjukkan berapa lama kamu bisa berada di bawah sinar matahari. Tapi, seberapa besar perlindungan yang diberikan terhadap sinar UV agar kulit tidak terbakar.
Faktor-faktor lain seperti jenis kulit, waktu pemakaian ulang, serta intensitas sinar matahari (misalnya saat siang hari). Para ahli merekomendasikan penggunaan ulang sunscreen setiap dua jam sekali atau setelah banyak berkeringat dan berenang.
American Academy of Dermatology (AAD) menyarankan penggunaan sunscreen dengan SPF minimal 30. Hal ini mampu menghalami sekitar 97% sinar UVB karena tidak ada sunscreen yang bisa melindungi hingga 100% dari sinar UVB.
Sunscreen dengan SPF lebih tinggi bisa menjadi pilihan untuk kamu yang memilki kondisi kulit tertentu, khususnya berisiko tinggi terkena kanker kulit. Meskipun memiliki SPF tinggi, kamu tetap perlu mengoleskan ulang sesering mungkin.
2. Lebih Baik Pakai Lotion atau Spray?
Sunscreen tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari krim, gel, lotion, spray, stik, dan salep. Pilihan terbaik tergantung pada kenyamanan dan preferensi setiap individu.
Beberapa bentuk mungkin lebih cocok untuk jenis kulit atau area tertentu. Misalnya, sunscreen berbentuk krim biasanya lebih melembabkan dan cocok untuk kulit kering, sementara gel lebih pas untuk kulit berminyak.
Bentuk stik atau wax lebih nyaman untuk diaplikasikan di area sensitif seperti sekitar mata. Sedangkan, sunscreen spray menjadi favorit untuk anak-anak karena lebih mudah digunakan.
3. Perhatikan Kandungan Bahan Kimia di Dalamnya
Beberapa bahan dalam sunscreen bisa menimbulkan efek samping, terutama jika kamu memiliki kulit yang sensitif atau alergi. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Alergen potensial: Kandungan seperti avobenzone dan octocrylene bisa memicu reaksi alergi seperti dermatitis kontak. Selain itu, pewangi, alkohol, dan pengawet juga bisa memicu iritasi. Kamu bisa coba oleskan sunscreen pada sebagian kecil kulit terlebih dahulu selama beberapa hari untuk melihat reaksinya.
- Dampak terhadap lingkungan: Beberapa bahan kimia dalam sunscreen diketahui berbahaya bagi ekosistem laut, terutama terumbu karang. Laporan dari National Academy of Sciences (2022) bahkan mendukung EPA (Environmental Protection Agency) untuk meneliti dampak lingkungan dari bahan dalam sunscreen.
- Penyerapan bahan kimia ke dalam tubuh: Studi menunjukkan bahwa bahan aktif seperti oxybenzone, avobenzone, octocrylene, homosalate, octisalate, dan octinoxate bisa diserap ke dalam darah setelah satu kali pemakaian. Meski begitu, FDA menekankan bahwa penyerapan tidak otomatis berarti berbahaya dan tetap menyarankan penggunaan susncreen sebagai bagian dari perlindungan terhadap sinar matahari.
4. Pilih yang Memberikan Perlindungan Spektrum Luas
AAD merekomendasikan penggunaan sunscreen dengan label “broad-spectrum” atau perlindungan spektrum luas. Artinya, produk tersebut melindungu kulit dari sinar UVA dan UVB sekaligus.
Sinar UVA dikenal sebagai sinar “penuaan” karena bisa menimbulkan kerutan, bintik hitam, dan mempercepat penuaan kulit. UVA juga bisa menembus kaca, jadi kamu tetap bisa terpapar meski berada di dalam ruangan.
Sinar UVB sering disebut sinar “pembakar” karena menjadi penyebab utama kulit terbakar. Meski tidak bisa menembus kaca, kamu tetap perlu perlindungan terhadap sinar ini saat berada di luar ruangan.
5. Gunakan Sunscreen yang Tahan Air untuk Aktivitas Outdoor
Sunscreen tahan air dirancang agar tetap menempel di kulit meski kamu berkeringat atau berada di air. Namun, kamu tetap harus mengoleskan ulang sunscreen setiap dua jam sekali dan setelah berenang atau berolahraga.
Hal ini juga penting karena tidak ada sunscreen yang benar-benar “waterproof” atau “sweatproof”. Klaim seperti itu dilarang oleh FDA karena bisa menyesatkan konsumen. Jika kamu melihat produk dengan label seperti itu, sebaiknya hindari dan pertimbangkan untuk melaporkannya ke FDA.