Liputan6.com, Jakarta Gula secara alami terdapat pada berbagai bahan makanan sehat, seperti buah, sayur, dan produk olahan susu. Gula alami biasanya memberikan rasa manis sekaligus menyumbang nutrisi penting bagi tubuh.
Namun, berbeda halnya dengan gula tambahan yang sering ditemukan pada makanan olahan, kue, sereal, dan minuman manis. Menurut American Heart Association (AHA), gula tambahan tidak memiliki nilai gizi karena hanya menambah kalori yang cepat dicerna tubuh.
Dilansir dari Medical News Today, mengonsumsi gula tambahan seperti ini membuat sumber energi yang buruk. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang akan menyebabkan risiko penyakit yang serius.
Data menunjukkan bahwa rata-rata orang dewasa di Amerika Serikat mengonsumsi sekitar 308 kalori dari gula tambahan setiap hari. Jumlah ini jauh melebihi batas yang direkomendasikan AHA yaitu 100 kalori untuk perempuan dan 150 kalori untuk laki-laki.
Oleh karena itu, kondisi ini berpotensi menimbulkan ketidakseimbangan asupan nutrisi dan meningkatkan risiko berbagai penyakit. Artikel ini merangkum lima alasan mengapa konsumsi gula tambahan berbahaya bagi kesehatan.
1. Tidak Memiliki Nilai Gizi
Gula tambahan dikenal sebagai “kalori kosong” karena hanya memberikan energi tanpa nutrisi yang bermanfaat. Penambahannya dalam makanan atau minuman akan meningkatkan jumlah kalori secara signifikan, namun tidak menambah nutrisi penting bagi tubuh.
Tubuh juga mencerna gula tambahan dengan cepat sehingga rasa kenyang tidak bertahan lama dan energi lebih mudah turun. Berbeda dengan gula alami pada buah dan produk susu yang dicerna lebih lambat.
Gula alami biasanya disertai kandungan gizi lain, seperti serat, kalsium, dan vitamin. Ini bagus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian bagi tubuh.
Mengonsumsi kalori kosong ini dalam jumlah besar dan jangka panjang dapat mengurangi manfaat gizi dari makanan sehat lain. Akibatnya, ini bisa menyebabkan defisit nutrisi yang berujung pada masalah kesehatan.
2. Memicu Kenaikan Berat Badan
Kelebihan gula terutama berasal dari minuman manis bisa berdampak pada peningkatan berat badan. Produk tinggi gula biasanya juga tinggi kalori dan rendah serat sehingga tubuh mudah merasa lapar.
Seseorang yang terlalu banyak mengonsumsi gula tambahan cenderung makan lebih sering dan lebih banyak sepanjang hari. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi berlebihan gula dapat menganggu fungsi hormon leptin.
Hormon leptin berfungsi untuk mengatur rasa lapar yang dapat memicu obesitas. Sebuah studi yang dilakukan pada tikus (2011) menemukan bahwa diet tinggi gula dan lemak menyebabkan resistensi leptin, namun kondisi ini dapat dibalik dengan mengurangi asupan gula.
Studi lain (2014) juga menegaskan bahwa minuman manis berkontribusi besar terhadap masalah ini. Meskipun obesitas disebabkan oleh banyak faktor, membatasi gula adalah langkah sederhana untuk mencegah kenaikan berat badan.
3. Meningkatkan Risiko Diabetes
Meski gula tidak secara langsung menyebabkan diabetes tipe 2, konsumsi tinggi gula tambahan terutama dari minuman manis dapat meningkatkan risiko kondisi tersebut.
Diet tinggi gula umumnya juga tinggi kalori, sehingga meningkatkan potensi kelebihan berat badan yang merupakan faktor risiko utama diabetes tipe 2.
Sebuah meta-analisis terhadap 310.819 orang menemukan bahwa mereka yang mengonsumsi 1-2 minuman per hari memiliki risiko 26% mengonsumsinya. The American Diabetes Association menyarankan untuk menghindari minuman manis sebagai langkah pencegahan.
4. Menyebabkan Karies Gigi
Gula berperan besar dalam terbentuknya plak gigi dan karies. Setelah mengonsumsi makanan atau minuman manis, bakteri di mulut membentuk lapisan plak tipis di gigi.
Bakteri ini bereaksi dengan gula dan menghasilkan asam yang merusak enamel gigi. Kerusakan ini bisa diperbaiki sebagian oleh tubuh, namun jika gula dikonsumsi berlebihan secara terus-menerus akan menimbulkan kerusakan permanen dan membentuk lubang pada gigi (karies).
Menurut para ahli, membatasi konsumsi makanan tinggi gula adalah salah satu cara efektif mencegah kerusakan gigi jangka panjang.
5. Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung
Pola makan tinggi gula tambahan dikaitkan dengan peningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung.
Sebuah studi selama 15 tahun menemukan bahwa orang yang mengonsumsi gula tambahan dalam jumlah tinggi memiliki kemungkinan lebih besar meninggal akibat penyakit jantung dibandingkan mereka yang mengonsumsinya dalam jumlah minimal.
Minuman manis kembali menjadi sorotan utama karena tinggi kalori, rendah nutrisi, dan tidak memengaruhi rasa lapar secara signifikan.
Meski hubungan langsung antara gula dan penyakit jantung masih memerlukan penelitian lebih lanjut, bukti yang ada sudah cukup untuk mendorong pembatasan konsumsi gula tambahan demi kesehatan jantung.