Arsip PBB Soal Pemerkosaan 1998: Tentara Berpaling saat Korban Minta Tolong

1 month ago 26
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

TEMPO.CO, Jakarta - Kasus-kasus pemerkosaan pada masa transisi politik 1998 kembali mendapat sorotan setelah Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebutnya sebatas rumor. Klaim Fadli bertolak belakang dengan laporan yang pernah diterbitkan Dewan Ekonomi dan Sosial Persatuan Bangsa-Bangsa (UN ECOSOC) soal pemerkosaan terhadap perempuan-perempuan beretnis Tionghoa pada masa tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dokumen PBB yang mencatat kasus-kasus itu disusun oleh Pelapor Khusus PBB untuk kekerasan terhadap perempuan, Radhika Coomaraswamy, pada 1998. Radhika menyusun laporan berdasarkan penelusuran di Indonesia selama dua pekan pada 20 November-4 Desember 1998.

Dalam laporannya, Radhika menceritakan salah satu kasus di mana tentara menolak menolong korban pemerkosaan. Cerita itu Radhika dapat dari salah satu korban yang dia wawancarai. Korban, kata Radhika, adalah salah seorang yang rumahnya diserang saat kerusuhan.

Menurut Radhika, saat itu ada tentara yang berada di dekat lokasi. “Seorang korban menceritakan kepada Pelapor Khusus bagaimana dia berlari keluar dari rumahnya dan meminta bantuan kepada seorang tentara untuk menyelamatkan keluarganya,” kata Radhika dalam laporan yang terbit pada 21 Januari 1999 itu.

Namun, menurut kesaksian korban itu, sang tentara bergeming. “Tentara itu hanya berpaling dan tidak menolong,” tulis Radhika. Korban pun tak berdaya menyaksikan saudari-saudarinya mengalami kekerasan seksual, saudaranya dibunuh, dan rumahnya dibakar sampai rata dengan tanah.

Radhika menilai tindakan tersebut melanggengkan kondisi kekacauan. Sikap tak acuh tentara, kata dia, memberikan impunitas kepada pelaku kejahatan dan memungkinkan pelanggaran hak asasi manusia dalam skala besar.

Dalam laporan yang sama, Radhika juga bercerita soal video kerusuhan 1998 yang dia lihat. Dalam video itu, Radhika menyaksikan anggota angkatan bersenjata hanya berdiri dan menyaksikan penjarahan serta kerusuhan yang sedang berlangsung. “Pada satu titik, mereka bahkan ikut menikmati minuman hasil jarahan bersama para pelaku, sambil bercanda dan tertawa di tengah kekacauan,” ucap Radhika.

Radhika sempat menanyakan kepada anggota pasukan keamanan Indonesia soal alasan mereka membiarkan pelanggaran hukum terjadi. Mereka, kata Radhika, berdalih tak mau lagi ada korban jiwa dari kalangan sipil setelah sejumlah mahasiswa tewas akibat tembakan peluru tajam dari pasukan bersenjata saat berdemonstrasi pada 1998. “Sehingga para tentara enggan turun tangan.”

Radhika menilai militer Indonesia saat itu tidak mampu membedakan pelaksanaan hak kebebasan berpendapat oleh para mahasiswa dengan tindakan kriminal murni oleh geng preman dan penjarah. “Sangat mengkhawatirkan dan menunjukkan perlunya pelatihan intensif mengenai hak asasi manusia bagi pasukan keamanan Indonesia,” tulis dia.

Mantan panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang menjabat pada 1998, Wiranto, pernah membantah memberi instruksi agar tentara melanggengkan kerusuhan. "Tidak ada sama sekali keinginan, kehendak, tindakan saya yang mengarah kepada melakukan langkah-langkah untuk mengacaukan tahun 1998 sebagai Menhankam/Pangab (Panglima ABRI) yang membawahi TNI dan Polisi," kata Wiranto di Jakarta pada 26 Februari 2019 seperti dikutip Antara.

Tempo telah meminta tanggapan Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengenai laporan PBB tersebut. Kepala Pusat Penerangan TNI Kristomei Sianturi belum merespons pesan Tempo yang dikirim via WhatsApp pada Rabu, 25 Juni 2025.

Mantan presiden, Bacharuddin Jusuf atau Habibie, pernah mengeluarkan pernyataan terbuka atas kasus pelanggaran HAM terhadap perempuan pada kerusuhan 1998. Pada 15 Juli 1998, beberapa bulan sebelum Radhika mengunjungi Indonesia, Habibie menyampaikan penyesalan yang mendalam terhadap terjadinya kekerasan terhadap perempuan “dalam bentuk apa pun juga dan di mana pun juga.”

Dua puluh tujuh tahun kemudian, Fadli Zon menyangkal pemerkosaan massal 1998 terjadi. Menteri Kebudayaan kabinet Presiden Prabowo Subianto itu menyebut pemerkosaan massal tak lebih dari rumor saat melakukan wawancara soal proses penulisan ulang sejarah dengan Pemimpin Redaksi IDN Times Uni Zulfiani Lubis, Rabu, 11 Juni 2025.

Setelah pernyataan tersebut, Majalah Tempo kembali melakukan penelusuran terhadap kasus pemerkosaan massal 1998. Kesaksian korban hingga temuan Tim Gabungan Pencari Fakta atau TGPF mematahkan klaim Fadli. Simak tulisannya di sini.

Read Entire Article