Liputan6.com, Jakarta Ketika seseorang mendengar kata "diabetes", kebanyakan orang membayangkan satu jenis penyakit yang berkaitan dengan kadar gula darah tinggi. Namun, dalam dunia medis, diabetes terbagi menjadi beberapa tipe, dan yang paling umum adalah diabetes tipe 1 dan tipe 2. Meskipun keduanya memiliki nama yang mirip dan memengaruhi pengaturan gula darah dalam tubuh, keduanya sangat berbeda dalam hal penyebab, gejala, cara pengobatan, hingga risiko komplikasi.
Sayangnya, masih banyak masyarakat yang belum memahami perbedaan mendasar antara keduanya. Bahkan tidak sedikit yang mengira bahwa semua penderita diabetes harus menghindari gula secara total dan menjalani suntik insulin seumur hidup. Padahal, kenyataannya tidak sesederhana itu. Kesalahan persepsi ini kerap menimbulkan stigma dan kesulitan dalam penanganan yang tepat, baik bagi penderita maupun lingkungan sekitarnya.
Untuk itu, penting bagi kita untuk mengenali lebih dalam perbedaan antara diabetes tipe 1 dan tipe 2 secara menyeluruh. Dengan pemahaman yang benar, kita dapat lebih waspada terhadap gejala awal, memahami faktor risikonya, serta memberikan dukungan yang sesuai kepada orang-orang terdekat yang mungkin mengidap kondisi ini. Mengutip dari laman diabetes.org.uk dan healthline.com, artikel ini akan mengulas secara kronologis dan sistematis perbedaan keduanya, mulai dari penyebab, faktor risiko, gejala, hingga pengobatannya.
Penyebab Diabetes Tipe 1 dan 2
Perbedaan paling mendasar dari kedua tipe diabetes terletak pada asal mula terjadinya. Diabetes tipe 1 merupakan kondisi autoimun, di mana sistem imun tubuh secara keliru menyerang sel beta di pankreas yang memproduksi insulin. Akibatnya, tubuh tidak lagi memproduksi insulin sama sekali, padahal hormon ini sangat krusial untuk mengatur kadar gula darah.
Sebaliknya, diabetes tipe 2 muncul akibat resistensi insulin, yakni ketika tubuh masih menghasilkan insulin namun tidak bisa menggunakannya secara efektif. Lama kelamaan, pankreas menjadi kelelahan dan produksi insulin menurun, memperparah gangguan metabolik yang terjadi.
Proses terjadinya diabetes tipe 1 umumnya berlangsung cepat dan sering kali muncul pada masa kanak-kanak atau remaja. Sementara itu, diabetes tipe 2 berkembang secara perlahan, seringkali selama bertahun-tahun, dan lebih banyak ditemukan pada orang dewasa berusia di atas 40 tahun.
Penting untuk dicatat bahwa baik tipe 1 maupun tipe 2 bisa terjadi pada siapa pun tanpa memandang usia, meski kecenderungannya berbeda. Karena itu, mengenali pemicu dan mekanismenya sangat penting dalam strategi pencegahan maupun pengelolaan.
Faktor Risiko: Siapa yang Lebih Rentan Terkena?
Pada diabetes tipe 1, faktor risiko utamanya berasal dari genetik dan kemungkinan pengaruh lingkungan seperti infeksi virus, namun belum ada penyebab pasti yang diketahui. Jika seseorang memiliki anggota keluarga dekat dengan riwayat diabetes tipe 1, risikonya akan meningkat secara signifikan.
Di sisi lain, diabetes tipe 2 sangat erat kaitannya dengan gaya hidup dan kebiasaan sehari-hari. Obesitas, pola makan tinggi gula dan lemak jenuh, kurang olahraga, serta usia lanjut menjadi faktor dominan yang meningkatkan risiko terjadinya resistensi insulin.
Selain itu, ada kelompok etnis tertentu yang memiliki kecenderungan lebih tinggi terhadap diabetes tipe 2, seperti orang Asia Selatan, Afrika-Karibia, dan Hispanik. Faktor-faktor sosial-ekonomi dan ketidaksetaraan layanan kesehatan juga berperan dalam penyebaran penyakit ini.
Meski begitu, bukan berarti tipe 2 tidak bisa dicegah. Dengan perubahan gaya hidup yang sehat dan pemeriksaan rutin, risiko diabetes tipe 2 dapat ditekan secara signifikan, berbeda dengan tipe 1 yang hingga kini belum bisa dicegah.
Gejala yang Sama Tapi Tak Serupa
Gejala diabetes secara umum mencakup sering buang air kecil, rasa haus berlebihan, kelelahan ekstrem, penurunan berat badan tanpa sebab, dan luka yang sulit sembuh. Namun, cara gejala tersebut muncul pada tiap tipe berbeda secara signifikan.
Pada diabetes tipe 1, gejala muncul secara tiba-tiba dan cepat memburuk hanya dalam hitungan minggu. Hal ini membuat penderita segera membutuhkan pertolongan medis karena bisa mengarah ke kondisi berbahaya seperti ketoasidosis diabetik (DKA).
Sebaliknya, gejala diabetes tipe 2 berkembang secara perlahan dan sering tidak disadari selama bertahun-tahun. Banyak penderita baru mengetahui mereka mengidap diabetes saat melakukan tes darah rutin atau saat sudah muncul komplikasi.
Karena itu, sangat penting bagi siapa pun yang memiliki faktor risiko untuk mewaspadai gejala meski terasa ringan. Deteksi dini sangat menentukan keberhasilan pengelolaan kondisi ini dalam jangka panjang.
Mana yang Lebih Kompleks?
Pasien dengan diabetes tipe 1 harus menggunakan insulin seumur hidup karena tubuh mereka tidak lagi memproduksi hormon ini. Terapi insulin bisa dalam bentuk suntikan atau menggunakan pompa insulin, dan dibarengi dengan pemantauan gula darah yang ketat serta perhitungan karbohidrat secara rutin.
Sementara itu, penderita diabetes tipe 2 tidak selalu langsung memerlukan insulin. Pada tahap awal, kondisi ini bisa dikendalikan dengan perubahan gaya hidup seperti diet seimbang, aktivitas fisik, dan penurunan berat badan. Jika diperlukan, dokter dapat meresepkan obat oral atau terapi insulin tambahan.
Tantangan terbesar pada diabetes tipe 2 adalah menjaga konsistensi dalam menjalani pola hidup sehat. Banyak pasien mengalami kesulitan mempertahankan perubahan jangka panjang, sehingga memerlukan dukungan edukatif dan psikologis dari tenaga medis.
Keduanya sama-sama memerlukan pemeriksaan kesehatan berkala untuk memantau komplikasi, termasuk kerusakan saraf, ginjal, mata, dan pembuluh darah. Penanganan yang tepat sangat menentukan kualitas hidup penderita.
Komplikasi: Bahaya yang Mengintai Jika Tak Dikelola
Baik diabetes tipe 1 maupun tipe 2 berpotensi menyebabkan komplikasi serius jika tidak dikelola dengan baik. Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka panjang dapat merusak berbagai organ dan sistem tubuh, mulai dari ginjal, jantung, hingga sistem saraf.
Diabetes tipe 1 yang tidak terkendali bisa menyebabkan ketoasidosis, kondisi gawat darurat medis yang membutuhkan penanganan segera. Sedangkan diabetes tipe 2 sering kali membawa komplikasi kronis seperti penyakit jantung, stroke, retinopati, hingga amputasi.
Karena tipe 2 berkembang perlahan, banyak penderita tidak sadar hingga komplikasi muncul, itulah sebabnya pentingnya pemeriksaan rutin meskipun merasa sehat. Sedangkan pada tipe 1, kontrol harian menjadi kunci untuk mencegah fluktuasi kadar gula darah ekstrem.
Edukasi terhadap pasien dan keluarga juga sangat diperlukan agar mampu mengenali tanda bahaya lebih awal dan menghindari keterlambatan penanganan yang dapat berujung fatal.
Bisakah Diabetes Disembuhkan?
Sampai saat ini, belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan diabetes tipe 1 maupun tipe 2. Namun, penelitian medis terus berkembang untuk mencari ...