Liputan6.com, Jakarta Mi dan nasi kerap jadi duet maut di piring sebagian orang Indonesia. Kehadiran nasi menemani mi katanya agar sudah sah kalau sudah makan.
Perpaduan dua sumber karbohidrat ini memang memberi rasa nikmat di lidah tapi jika porsi karbohidrat berlebihan tentu tidak sesuai dengan konsep gizi seimbang bernama Isi Piringku.
“Kombinasi ini berisiko menimbulkan ketidakseimbangan gizi dan berbagai gangguan kesehatan jika tidak diimbangi dengan asupan gizi lain,” papar dosen bidang gizi Program Studi Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi, Sekolah Vokasi IPB University, Rosyda Dianah, SKM, MKM.
Makan mi pakai nasi dapat meningkatkan asupan kalori dan karbohidrat yang berlebihan. Alhasil sumber gizi penting lain seperti vitamin dan mineral dari sayur dan protein jadi minim.
“Jika nasi dan mi dikonsumsi dalam jumlah yang sama banyak, kandungan karbohidratnya bisa mendominasi hingga 80 persen dari total energi, sedangkan protein dan lemak sangat rendah,” kata Rosdya mengutip laman IPB, Rabu, 13 Agustus 2025.
Kombinasi Mi dan Nasi, Jauh dari Konsep Isi Piringku
Berbicara gizi seimbang, Indonesia menerapkan konsep Isi Piringku. Sehingga bisa memberikan panduan visual yang sederhana dan aplikatif mengenai porsi makan yang sehat sesuai dengan kebiasaan masyarakat Indonesia.
Konsep Isi Piringku yakni di piring tersebut berisi 50 persen sayur dan buah dan 50 persen sisanya gabungan karbohidrat dan protein.
Bila seseorang makan nasi dan mi saja saat makan maka jauh sekali dari konsep Isi Piringku. “Kandungan ini tidak seimbang dan jauh dari konsep Isi Piringku," kata Rosdya.
Risiko Kesehatan yang Muncul
Mengonsumsi nasi dan mi secara bersamaan dalam jangka panjang berisiko memicu berbagai gangguan metabolik seperti obesitas, resistensi insulin, dislipidemia, dan bahkan inflamasi kronis.
“Kelebihan karbohidrat sederhana dari nasi putih dan mi instan dapat meningkatkan indeks glikemik dan mempercepat lonjakan gula darah. Jika tidak dibarengi asupan protein dan serat yang cukup, efeknya bisa jangka panjang,” kata Rosdya.
Lalu, kekurangan asupan protein dan lemak sehat dapat menyebabkan rendahnya hormon pengatur nafsu makan seperti leptin dan peptida YY. Alhasil, hal ini membuat rasa lapar berulang, mengarah pada konsumsi kalori berlebih (overeating), terutama dari sumber karbohidrat sederhana.
Terapkan Gizi Seimbang Bukan Tumpukan Karbo
Agar lebih sehat, maka saat makan menggunakan prinsip gizi seimbang berpedoman Isi Piringku. Dalam konsep ini tidak ada tumpukan karbohidrat. Ada juga protein, lemak sehat, serat dari sayur dan buah.
“Prinsipnya adalah menyeimbangkan piring makan sesuai dengan pedoman Isi Piringku. Pastikan karbohidrat tidak lebih dari seperempat bagian piring dan lengkapi dengan protein, lemak sehat, serta serat dari sayuran dan buah," saran Rosdya.