TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Tim Pengawas atau Timwas Haji DPR Cucun Ahmad Syamsurijal menilai permintaan maaf Menteri Agama Nasaruddin Umar bukan bentuk penyelesaian atas kekurangan pelayanan haji bagi jemaah Indonesia tahun ini. Cucun mengatakan, DPR telah mewanti-wanti sejak awal soal potensi masalah teknis dalam pelaksanaan haji.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sebetulnya kalau seorang pejabat negara itu sah-sah saja meminta maaf terhadap suatu hal yang terkait kegagalan, tapi menurut saya itu bukan hal yang bagus,” tutur Cucun di Mekkah, Arab Saudi, dikutip dari keterangan tertulis pada Kamis, 12 Juni 2025.
Wakil Ketua DPR ini menyebut permintaan maaf secara etika memang perlu dihargai. Namun, pemerintah seharusnya menunjukkan kesiapan sejak awal, bukan merespons setelah persoalan muncul. Ia berpendapat pelaksanaan haji merupakan siklus yang bisa dipelajari dari tahun ke tahun. Seharusnya tidak ada alasan bagi pemerintah untuk tidak siap.
Cucun berujar, DPR sebagai bagian dari fungsi pengawasan sudah mengingatkan pemerintah, khususnya Kementerian Agama, mengenai potensi permasalahan dalam pelayanan haji. Salah satu yang berpotensi menjadi masalah ialah perubahan sistem pelayanan oleh Pemerintah Arab Saudi.
“Saya sudah ingatkan waktu itu pada Pak Menteri Agama: hati-hati, ini akan terjadi kejadian-kejadian yang harus diantisipasi,” kata politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu. “Tapi apa yang terjadi? Dari transportasi Mekah ke Arafah bermasalah, kemudian tenda di Arafah pun juga bermasalah.”
Adapun Menteri Agama atau Menag Nasaruddin Umar menyampaikan permohonan maaf kepada jemaah haji Indonesia atas berbagai kendala dalam rangkaian ibadah haji, mulai sejak pemberangkatan hingga fase Arafah, Mudzalifah, dan Mina (Armuzna).
"Saya selaku Amirulhaj dan Menteri Agama menyampaikan permohonan maaf," ujar Nasaruddin di Makkah, dilansir Antara.
Fase puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina, sudah selesai. Ia mengatakan tahap ini secara umum berjalan baik meski ada catatan perbaikan atas peristiwa yang menyebabkan ketidaknyamanan jemaah.
Nasaruddin menjelaskan ada sebagian peserta haji yang mengalami masalah selama fase kedatangan hingga puncak haji di Armuzna. Misalnya, ada pasangan suami istri atau anak-orang tua, atau lansia dan pendampingnya yang terpisah hotel saat di Makkah.
Ada juga jemaah yang mengalami kendala dalam penempatan tenda di Arafah. Selain itu terjadi juga keterlambatan penjemputan di Muzdalifah karena kemacetan hingga proses evakuasi baru selesai 09.40 waktu Arab Saudi. Mereka terlambat 40 menit dari target selesai pukul 09.00.
"Kemacetan dan keterlambatan proses evakuasi di Muzdalifah ini tidak hanya dialami oleh jemaah haji Indonesia, tapi juga negara lainnya yang melintas pada jalur taraddudi yang sama," ujar Nasaruddin.