INFO TEMPO - Theresia Dwiaudina Sari Putri adalah salah seorang penerima apresiasi program 14th SATU Indonesia Awards 2023. Ajang ini merupakan agenda rutin PT Astra International Tbk untuk individu atau kelompok yang memiliki inovasi di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, teknologi, dan kewirausahaan.
Dini, panggilan akrab Theresia menerima penghargaan di bidang kesehatan berkat dedikasinya mengabdi di kampung halaman. Dia bekerja setulus hati dengan rutin memeriksa kesehatan ibu hamil di sejumlah desa di Kecamatan Nangapanda, Nusa Tenggara Timur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Awalnya, Dini ingin mengambil pendidikan tinggi jurusan seni di salah satu kampus di Nusa Tenggara Timur (NTT). Namun, takdir membawanya menjadi bidan karena orang tuanya berharap ia kuliah di bidang kesehatan. Theresia Dwiaudina Sari Putri adalah putri dari Kanis Sari, seorang staf pegawai negeri sipil di Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, NTT dan ibunya, Herlin Kaleka adalah petani.
Lulus dari SMA 1 Ende pada 2013, Dini kemudian merantau ke Surabaya untuk kuliah. Dia memutuskan belajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya. Setelah lulus D3 Kebidanan pada 2016, Theresia memilih pulang dan mengabdi di kampung halamannya di Desa Kekandere, Nangapanda, Nusa Tenggara Timur. “Saya tergerak ingin menjadi bidan di sini untuk membantu masyarakat karena fasilitas kesehatan belum ada sulit diakses,” katanya.
Dini menceritakan, ada bangunan kecil yang dijadikan puskesmas desa. Namun di dalamnya tak ada peralatan kesehatan untuk memeriksa ibu hamil. Dini langsung melamar sebagai tenaga honorer di puskesmas itu. Pada Maret 2017, dia mengajukan diri sebagai bidan di Desa Uzuzozo, Kecamatan Nangapanda, Ende, NTT.
Tak banyak tenaga kesehatan yang masuk ke desanya karena lokasinya terpencil ditambah medan yang cukup ekstrem. Dini diterima dengan gaji Rp1 juta per bulan yang diambil dari dana desa. Gajinya terus naik Rp 100 ribu setiap tahun.
Dengan mengendarai sepeda motor, setiap hari Dini berkeliling Desa Uzuzozo untuk memberikan konsultasi kesehatan ibu hamil. Mulai dari wawancara medis, pemeriksaan kadar hemoglobin dalam darah, serta cek kehamilan fisik. Dini juga mendata setiap pasien yang pernah hamil di desa tersebut. Hasilnya, nyaris semua ibu hamil di sana tidak melahirkan di fasilitas kesehatan. Mayoritas mereka memilih melahirkan di dukun beranak.
Berawal dari keprihatinan, Dini perlahan mengedukasi bumil agar melahirkan di fasilitas kesehatan. Demi memuluskan aksinya, Dini bahkan harus berhadapan dengan dukun beranak yang sudah puluhan tahun berada di Desa Uzuzozo. Dia melakukan pendekatan dengan dukun di kampung tersebut, yakni Theresia Jija (75 tahun).
Tak ingin mematikan penghasilan sang dukun beranak, Dini mengatakan mereka bisa bekerja sama dalam membantu proses persalinan. “Saya bilang, kita bisa berkolaborasi. Saya membantu ibu hamil ketika persalinan dan mama dukun membantu mengurus anak. Dengan begitu, kerja mama juga lebih ringan,” kata Dini.
Perlahan, ibu hamil mulai percaya kepada Dini. Susilia Muku, 39 tahun, warga Desa Uzuzozo yang terbantu oleh kehadiran Dini dan memutuskan melahirkan anak ketujuh di fasilitas kesehatan pada 2018.
Tak hanya membantu mengubah mindset warga di desanya soal kesehatan, Dini melayani imunisasi ibu hamil dan bayi. Kegiatan posyandu dilakukan sebulan sekali bagi lansia dan balita. Dia menyiapkan berbagai kebutuhan makanan sehat yang bisa dikonsumsi gratis, seperti bubur kacang hijau. Dia juga memberikan pengertian kepada para ibu tentang pentingnya menjaga gizi anak untuk mencegah stunting.
Kepala Desa Uzuzozo Iwan Ray mengatakan, pada 2019 terdapat 15 anak di desanya yang terkena stunting. Jumlah tersebut berkurang setelah Dini gencar memberikan edukasi mengenai pola asuh hingga gizi untuk anak. Menurut data dari Desa Uzuzozo, tak ada kasus kematian ibu melahirkan sejak Dini bekerja.
Dini terkadang mengajari anak sekolah dasar untuk bernyanyi dan mengajari Bahasa Inggris. Dia terus melakukan kegiatan tersebut demi menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan bagi orang tua maupun anak.
Setelah terpilih menjadi penerima apresiasi Astra pada 2023, Dini semakin dikenal masyarakat dan lebih banyak pihak yang mengetahui program buatannya. Dini memanfaatkan hadiah berupa dana dari Astra untuk membeli peralatan kesehatan yang dapat dibawa saat bertugas. Ia juga menggunakan uang tersebut untuk menyediakan bahan–bahan makanan guna memenuhi nutrisi anak dan ibu hamil di desanya.
Tahun ini, SATU Indonesia Awards kembali digelar. Memasuki tahun pelaksanaan ke-16, Kick Off 16th SATU Indonesia Awards 2025 secara resmi telah dilaksanakan di Menara Astra pada Jumat, 28 Februari 2025 lalu.
Dengan mengusung tema “Satukan Gerak, Terus Berdampak”, ajang ini menjaring anak-anak muda Indonesia yang telah memberikan manfaat nyata bagi masyarakat lewat https://bit.ly/DaftarSIA2025 mulai 28 Februari hingga 28 Juli 2025. (*)