MANSURNI Abadi, seorang mahasiswa diaspora di Malaysia yang menjadi penggerak aksi pengibaran bendera Jolly Roger atau One Piece bersama Aliansi Mahasiswa Penggugat menyatakan gerakan ini akan terus berlangsung sepanjang Agustus 2025. Ia menegaskan aksi ini bersifat organik, kreatif, dan bisa disesuaikan dengan isu lokal di tiap daerah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami harapkan jadi gerakan yang masif dan organik. Enggak mesti ikut pakem bendera One Piece yang umum, bisa sesuai kreasi, dan menghubungkannya dengan isu lokal,” ujarnya saat dihubungi pada Ahad, 10 Agustus 2025.
Dia mengatakan gerakan dari masyarakat sedikit menurun lantaran tekanan dari aparat masif di masyarakat. Meski begitu, Mansur berharap aksi ini dapat terus berkelanjutan. Dia juga mangatakan aksi tidak selalu harus dilakukan secara kolektif dalam jumlah besar. Justru pergerakan individu atau kelompok kecil dianggap lebih strategis karena bisa menyebar merata. Ia mengklaim antusiasme peserta masih tinggi.
Ia menyesalkan pejabat pemerintah bahkan presiden telah menyatakan tidak mempermasalahkan penggunaan bendera itu. Namun, ia heran mengapa banyak tekanan bahkan ancaman dari aparat di lapangan terhadap warga. “Banyak pedagang bendera di jalan takut menjual bendera One Piece karena takut dipermasalahkan. Bahkan diancam penjara. Di toko online pun pesanan dibatalkan karena takut,” katanya.
Ia menyebut tekanan tersebut muncul karena paranoia penguasa terhadap simbol-simbol massa. “Mirip dengan bendera PKI, HTI, atau anarko. Tantangannya adalah edukasi soal hukum bahwa protes ini tidak melanggar hukum dan bagian dari hak demokrasi,” ujarnya.
Gerakan pengibaran bendera One Piece disebutnya berpotensi berkembang menjadi forum lintas rakyat tanpa sekat. Ia menegaskan tidak akan mundur, meskipun menghadapi pembatasan. “Solusinya simpel, lakukan protes dengan cara apa pun. Kalau bisa kibarkan, monggo kibarkan. Kalau bisa hanya share dan like di media sosial, lakukan,” katanya.
Sebelumnya, pengibaran bendera animasi bajak laut One Piece jelang perayaan hari ulang tahu ke-80 Republik Indonesia ramai di media sosial. Aksi itu merupakan bentuk protes dan ekspresi kekecewaan terhadap pemerintah melalui simbol budaya pop.
Pengibaran bendera One Piece itu tak hanya ramai di dalam negeri. Ajakan meluas hingga ke luar negeri oleh sekelompok anak muda tanpa organisasi, yang mengandalkan kecanggihan teknologi dan kekuatan media sosial.