Liputan6.com, Jakarta - Masalah gigi dan mulut selama kehamilan ternyata bukan sekadar urusan nyeri atau bau mulut. Penelitian dan praktik lapangan menunjukkan bahwa kebersihan gigi ibu hamil sangat berpengaruh terhadap kesehatan janin, termasuk risiko bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR) dan stunting.
Minimnya akses terhadap dokter gigi serta rendahnya kesadaran akan pentingnya perawatan gigi selama kehamilan menjadi salah satu faktor yang memperparah tingginya kasus BBLR dan stunting di Lombok Utara.
Temuan ini mengemuka dalam kegiatan bakti sosial kesehatan gigi dan mulut yang digelar oleh Yayasan Kembara Nusa bersama GIGI.ID pada 16 s.d 20 Juli 2025 di Desa Senaru, Lombok Utara.
Kegiatan ini didukung penuh oleh PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan melibatkan lebih dari 30 relawan medis dan nonmedis dari berbagai daerah di Indonesia.
Selama lima hari, lebih dari 450 warga Desa Senaru mendapatkan layanan kesehatan gigi secara gratis, mulai dari pencabutan, penambalan, perawatan gigi anak dan dewasa, hingga edukasi cara sikat gigi yang benar untuk siswa SD dan kader desa, dikutip dari Antara.
Jangan Sampai Kesehatan Gigi Selama Hamil Buruk
Menurut drg. Safira Khairina, M.Kes, Co-Founder Kembara Nusa, kesehatan gigi ibu hamil yang buruk, terutama jika mengalami peradangan serius seperti periodontitis, dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah.
"Gigi yang sehat dimulai sejak dalam kandungan. Maka penting bagi ibu hamil untuk menjaga kebersihan mulut dan memeriksakan gigi secara rutin," ujar drg. Safira.
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa bayi dengan BBLR atau stunting berisiko mengalami gangguan tumbuh kembang gigi, seperti enamel tipis, keterlambatan pertumbuhan gigi, hingga karies dini. Semua ini bisa memengaruhi asupan gizi anak karena gangguan saat makan.
Edukasi menjadi bagian penting dalam kegiatan ini. Seluruh siswa SD Negeri 1 Senaru diberikan pemahaman tentang cara menyikat gigi yang benar, sementara para kader desa juga diberi penyuluhan khusus.
Data Dinas Kesehatan terkait Berat Badan Lahir Rendah
Para kader ini diharapkan dapat meneruskan pengetahuan tersebut kepada ibu hamil dan orang tua balita di lingkungan masing-masing.
"Kami berharap para kader bisa menjadi penerang informasi di lingkungannya untuk menurunkan angka stunting dan BBLR melalui edukasi gigi yang lebih merata," kata drg. Safira.
Temuan ini sejalan dengan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Utara. Pada 2022, BBLR tercatat sebagai komplikasi neonatal tertinggi di wilayah ini, yaitu sebesar 49,7 persen, bahkan di Kecamatan Bayan mencapai 63,2 persen.
Sementara prevalensi stunting di Lombok Utara pada tahun 2024 tercatat sebesar 14,69 persen, meskipun sudah menunjukkan penurunan dari tahun sebelumnya.
Mendukung Secara Penuh
Mewakili Bupati Lombok Utara, Sekretaris Dinas Kesehatan Hj. Rusmiyatun, SKM membuka acara secara resmi dan menyampaikan apresiasi atas kolaborasi yang membawa manfaat nyata bagi masyarakat.
"Senaru adalah daerah yang indah, tapi tantangan kesehatannya nyata. Kami bersyukur banyak pihak peduli dan turut membangun kesadaran masyarakat," ujarnya.
Ketua Pengurus Wilayah Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) NTB, drg. Bagyo Ariyogo Murdjani, juga menegaskan pentingnya keberlanjutan kegiatan semacam ini.
"Baksos jangan hanya sekadar lewat. Yang paling penting adalah bagaimana penyuluhan ini mampu mengubah perilaku masyarakat. Jika pola menyikat gigi anak atau ibu hamil bisa berubah, maka dampaknya akan jauh lebih besar," ujarnya.
Selama kegiatan berlangsung, PNM juga membuka booth edukatif dan mengikutsertakan lebih dari 40 peserta program PNM Mekaar untuk mendapat layanan pemeriksaan gigi secara gratis.