PKB Kritik Fadli Zon Ihwal Penyangkalan Pemerkosaan di 1998

1 month ago 16
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Pengurus Pusat Perempuan Bangsa-organisasi sayap Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB, mengkritik pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang menyebut kasus pemerkosaan massal saat kerusuhan Mei 1998 tidak memiliki bukti cukup untuk ditulis dalam sejarah resmi Indonesia.

Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa Nihayatul Wafiroh mengatakan, penyangkalan tersebut bukan hanya menyakiti perasaan korban dan keluarga, tapi juga menggambarkan ketidaktahuan dan sikap abai terhadap catatan sejarah kelam yang pernah terjadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Siapa pun yang menyebut tidak ada tragedi pemerkosaan ini sangat tidak pantas," kata Nihayatul dalam keterangan tertulis yang diperoleh Tempo, Senin, 16 Juni 2025.

Dia melanjutkan, pemerkosaan yang dilakukan kepada perempuan etnis tionghoa saat terjadi kerusuhan Mei 1998 merupakan tragedi kemanusiaan nyata yang telah diketahui secara luas, baik oleh lembaga independen di dalam negeri maupun di luar negeri.

Nihayatul mengingatkan, alih-alih melakukan penyangkalan, negara semestinya hadir dengan komitmen tegas penuntasan kasus. Sebab, suara korban, keluarga, dan hasil kajian Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) sudah amat nyaring terdengar sejak dahulu guna meminta penyelesaian tuntas kasus ini.

"Seharusnya, penegakan hukum dilakukan tegas pada kasus ini, bukan pengingkaran kebenaran yang menyakitkan," ujar dia.

Menurut Nihayatul fakta-fakta kasus pemerkosaan ini juga tercatat dalam laporan Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan, TGPF, dan menjadi perhatian, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di dunia internasional. "Mengingkari fakta tersebut sama saja dengan merendahkan martabat para korban dan menutup ruang pemulihan bagi mereka," ucap Nihayatul.

Adapun, penyangkalan terhadap kasus pemerkosaan saat kerusuhan Mei 1998 disampaikan Fadli Zon manakala melakukan wawancara terkait proses penulisan ulang sejarah dengan Pemimpin Redaksi IDN Times Uni Zulfiani Lubis, Rabu 11 Juni 2025.

Dalam wawancara itu, Fadli Zon mengatakan, penulisan ulang sejarah ditujukan untuk mengklarifikasi rumor-rumor yang selama ini dianggap sebagai fakta sejarah. Salah satunya, ialah terkasi kasus pemerkosaan masal di kerusuhan Mei 1998.

"Pemerkosaan massal kata siapa itu? Enggak pernah ada proof-nya. Itu adalah cerita. Kalau ada tunjukkan, ada enggak di dalam buku sejarah itu?" kata Fadli Zon dalam wawancara yang ditayangkan di siaran YouTube media IDN Time pada Rabu, 11 Juni 2025. Uni Lubis telah mengizinkan Tempo untuk mengutip pernyataan Fadli Zon di wawancara ini.

Komisioner Komnas Perempuan Dahlia Madanih mengatakan, pemerkosaan massal terhadap perempuan etnis tionghoa saat kerusuhan Mei 1998 merupakan fakta yang secara resmi diakui oleh negara. "Penyangkalan ini bukan hanya menyakitkan, tapi juga memperpanjang impunitas," kata Dahlia, Ahad, 15 Juni 2025.

Gabungan Masyarakat dan Mahasiswa Indonesia di Belanda untuk Keadilan Sejarah mendesak Fadli Zon untuk mencabut penyangkalannya terkait kasus pemerkosaan masal di 1998 tak memiliki cukup bukti.

Perwakilan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda Syukron Subkhi mengatakan, politikus Partai Gerindra itu harus menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada para korban dan keluarga.

Ia mengingatkan, meski kelam dan pahit, sejarah harus tetap diakui sebagai bagian penting yang membentuk perjalanan bangsa. "Semestinya menjadi pengingat agar kekerasan kelam masa lalu tidak terulang kembali," ujar Syukron, Ahad, kemarin.

Tempo sempat menerbitkan laporan investigasi bertajuk "Pemerkosaan: Cerita dan Fakta" pada 6 Oktober 1998 atau setelah sempat dibreidel rezim Orde Baru pada 1994.

Koordinator Divisi Kekerasan Terhadap Perempuan dari Tim Relawan untuk Kemanusiaan Ita Fatia Nadia dalam laporan Tempo bertajuk "Jalan Panjang Tragedi Itu: Benarkah Ada Pemerkosaan Mei 1998" menyebut, pemerkosaan terhadap etnis Tionghoa saat kerusuhan Mei 1998 serupa dengan aksi pemerkosaan massa di Bosnia, Desember 1992 silam.

Laporan Tempo bertajuk "Pemerkosaan Mei 1998: Susah Mencari Saksi Ahli, Apalagi Bukti" memperkuat laporan sebelumnya.

Masalahnya, pada laporan ini disebutkan sulitnya pembuktian kasus pemerkosaan pada kerusuhan 1998. Salah satunya, mereka yang pernah menangani korban tak berani bersuara atas alasan kode etik. Mereka yang dimaksud, ialah dokter yang pernah menangani korban kekerasan seksual.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia Pusat Merdias Almatsier mengatakan, meski pernyataan terdapat kasus pemerkosaan pada kerusuhan Mei 1998, cukup sulit bagi dokter untuk menyatakan kesaksian.

Alasannya, kata dia, bukan hanya kode etik, tapi juga undang-undang melarang dokter untuk mengungkapkan kondisi medik pasiennya. "Ini yang harus dijaga sampai mati oleh dokter," kata Almatsier, Oktober 1998.

 Pilihan Editor:  Ketika Tafsir Tunggal Sejarah Masuk Kurikulum Sekolah

Dinda Shabrina dan Dede Leni berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Read Entire Article