TEMPO.CO, Jakarta - Petugas posko pengaduan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025, Sunaryanto, mengaku kewalahan ketika melayani keluhan dari para wali calon murid baru. Sebabnya, petugas posko melayani lebih dari 200 keluhan setiap harinya sejak dibuka pada Senin, 19 Mei 2025.
Sunar, begitu kerap ia disapa, menyebut ada 10 petugas posko yang bertugas. Masing-masing berbagi tugas, ada yang di bagian pendaftaran, petugas operator yang melayani masalah teknis dan menangani permasalahan administrasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menyebut rata-rata keluhan dari masyarakat adalah soal perpindahan atau perubahan data kartu keluarga (KK). “Banyak yang KK-nya itu sudah berubah data. Seperti anaknya bertambah atau juga ada yang sudah pindah. Jadi kalau ada perubahan begitu dan data yang diinput tidak sesuai, komputer menolak,” ucap dia saat ditemui di posko pengaduan SPMB wilayah Jakarta Barat, SMAN 78 Kemanggisan, Jakarta Barat, Rabu, 18 Juni 2025.
Selain itu, Sunar berujar, banyak orang tua meminta bantuan untuk memverifikasi data mereka serta dipandu untuk pemilihan sekolah. Diketahui batas akhir verifikasi dan pemilihan sekolah adalah hari ini, khususnya untuk tingkat sekolah dasar (SD).
Dia juga mengatakan ada beberapa wali calon murid yang mendaftar dan memilih sekolah terlalu mepet dengan batas akhir pendaftaran. “Tadi saja masih ada yang baru mau mendaftarkan, minta verifikasi. Batas akhirnya padahal jam 14.00 WIB. Itu benar-benar kami minta untuk segera diselesaikan kalau bisa selesai sebelum jam 12.00 itu sudah selesai semua,” ucap dia.
Tak hanya itu, Sunar menyampaikan masalah yang sering ditemukan juga soal kesalahan data yang diisi oleh wali calon murid. Typo nama peserta, kesalahan input data tanggal lahir bahkan ada yang salah menginput nomor induk kependudukan (NIK). “Kalau sudah NIK yang salah itu kan fatal ya,” ujarnya.
Dia memberi contoh, kemarin ada salah seorang wali calon murid yang salah menginput NIK. Kesalahannya hanya satu angka. Sehingga, NIK yang diinput bukan milik yang bersangkutan, melainkan milik orang lain.
“Ketika NIK salah input itu sudah dipakai oleh orang yang salah input itu, kan kasihan yang punya NIK aslinya. Jadi kemarin yang punya minta diubah. Jadi semua harus diubah. Saya harus urus ke sana ke mari untuk selesaikan itu,” tutur Sunar.
Sunar mengaku lelah karena harus melayani berbagai macam permasalahan dalam pendaftaran SPMB tahun ini. Meski begitu, dia akan berupaya melayani masyarakat dengan baik mungkin. Dia juga tak bisa mengeluh ketika masyarakat tetap menghubungi dia di luar jam kerja.
“Ada saja orang tua yang telepon saya di malam hari. Tapi mau bagaimana, memang harus dilayani. Karena kalau tidak kasihan anaknya yang mau sekolah,” kata dia.