TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah kembali menyelenggarakan retret kepala daerah yang berlangsung pada 22–26 Juni 2025 di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Materi yang disampaikan dalam retret gelombang kedua ini serupa dengan yang dibahas pada gelombang pertama yang digelar pada Februari 2025 di Magelang.
Materi dalam retret tersebut mencakup tiga pokok utama, yakni tugas utama kepala daerah, pembekalan teori seperti misi Asta Cita, serta isu pemberantasan korupsi dan wawasan kebangsaan yang disampaikan oleh Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). Meski begitu, materi bisa diperluas sewaktu-waktu sesuai dengan perkembangan terkini yang berkaitan dengan program prioritas pemerintah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari Antara, 23 Juni 2025, Gubernur Lemhannas Ace Hasan Syadzily menyampaikan, paparan mengenai dinamika geopolitik global serta dampaknya terhadap ketahanan nasional. Menurut Ace, pemahaman atas isu geopolitik global sangat penting bagi kepala daerah, sebab kebijakan lokal saat ini turut dipengaruhi oleh kondisi global. Ia menekankan tidak ada kebijakan daerah yang sepenuhnya terlepas dari dampak situasi internasional.
Ace mencontohkan beberapa tantangan global yang perlu diantisipasi, seperti dampak dari kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang masih dalam tahap negosiasi dan mempengaruhi sektor industri nasional seperti tekstil, garmen, dan kayu. Ia mendorong setiap daerah untuk serius melakukan diversifikasi produk dan memberdayakan UMKM agar mampu bersaing secara global.
Ia juga menyinggung konflik antara Iran dan Israel yang berisiko memicu ketegangan regional serta mengganggu stabilitas dunia. Oleh sebab itu, ia mengimbau kepala daerah untuk meningkatkan kewaspadaan dan menyusun kebijakan yang tanggap terhadap situasi tersebut.
Ace menekankan pentingnya memperkuat ketahanan ekonomi dalam negeri sebagai langkah strategis dalam menghadapi tekanan global. Ia mengajak para kepala daerah untuk memperkuat kolaborasi dengan pemerintah pusat dan fokus pada pengembangan sektor-sektor strategis. Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga kekompakan, persatuan, dan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah demi menghadapi tantangan bersama.
Bukan hanya soal geopolitik. Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya Sugiarto menyampaikan, materi retret kepala daerah juga berisi mengenai batas wilayah serta potensi konflik kewilayahan. Materi ini dibawakan oleh Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri Safrizal Zakaria Ali, dalam sesi pembelajaran.
“Nanti Pak Safrizal akan menjelaskan materi seputar batas desa karena masih banyak desa yang belum menyelesaikan penetapan batas wilayahnya. Selain itu, juga akan dibahas isu sengketa wilayah, penarikan garis batas, kodifikasi, dan sebagainya,” jelas Bima Arya.
Ia menuturkan bahwa retret gelombang kedua kali ini menyajikan informasi yang lebih terkini kepada peserta dibandingkan dengan gelombang pertama karena ada perkembangan isu administratif wilayah dalam beberapa waktu terakhir.
“Para peserta kali ini bisa dibilang lebih beruntung karena memperoleh tambahan wawasan dari perkembangan-perkembangan terbaru yang relevan dengan peran mereka sebagai kepala daerah,” ujarnya.
Meski begitu, Bima menegaskan bahwa inti materi dalam retret gelombang kedua ini tetap identik dengan retret sebelumnya. "Secara substansi, isi materinya tetap sama persis dengan retret gelombang pertama," tegasnya.
Bima juga menyampaikan bahwa kegiatan retret ini bertujuan memperkuat pemahaman kepala daerah terhadap fungsi pemerintahan serta memastikan sinkronisasi dengan visi Presiden Prabowo Subianto.
“Retret ini menjadi sarana agar para kepala daerah memahami dan mampu mengakselerasi implementasi gagasan besar Presiden melalui program Asta cita,” kata Bima Arya.