Liputan6.com, Jakarta Kesadaran akan pentingnya pola makan sehat semakin meningkat di era modern saat ini. Banyak orang mulai memperhatikan label gizi, memilih makanan organik, hingga menghindari bahan tambahan tertentu.
Meskipun niat awalnya baik, tidak sedikit dari kita yang tanpa sadar justru menjadikan makanan sehat menjadi tidak sehat karena cara pengolahan, penyimpanan, atau pola konsumsi yang keliru. Hal ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dalam rumah tangga yang mengaku sudah menjalankan gaya hidup sehat.
Menurut Dr. David Katz, pendiri Yale-Griffin Prevention Research Center, kualitas makanan bisa berubah tergantung pada bagaimana kita memperlakukannya, dari dapur hingga ke meja makan.
"Masalahnya bukan kita tidak tahu makanan sehat itu apa, tapi apa yang kita lakukan terhadap makanan tersebut," jelas Katz dalam keterangannya.
Dengan memahami hal-hal kecil yang sering terlewat, diharapkan kita dapat menjaga nilai gizi makanan dan benar-benar mendapatkan manfaat kesehatan dari apa yang kita konsumsi setiap hari.
Kapan Makanan Jadi Tidak Sehat?
Makanan menjadi tidak sehat atau tidak layak konsumsi saat kualitasnya menurun drastis. Mengutip dari Science Direct, Kamis (7/8) mikroorganisme seperti bakteri menyebabkan pembusukan makanan dengan menghasilkan enzim yang menciptakan zat tidak diinginkan, mengubah rasa, tekstur, dan aroma makanan hingga tak layak konsumsi oleh konsumen.
Food Safety and Quality Institute dalam keterangannya juga menyebut makanan basi adalah jenis makanan yang mengalami perubahan kondisi, sehingga terjadi penurunan kualitas dan kelayakan untuk dikonsumsi.
Sumber ini menjelaskan bahwa makanan yang sudah mengalami perubahan organoleptik (rasa, bau, tekstur, tampilan) karena pertumbuhan mikroba seperti bakteri, ragi, dan jamur menjadi tidak dapat diterima untuk dikonsumsi. Kondisi ini seringkali juga mendukung pertumbuhan patogen, sehingga berpotensi membahayakan kesehatan.
Kondisi ini umumnya disebabkan oleh proses pembusukan alami atau kontaminasi mikroorganisme yang tidak diinginkan. Mengonsumsi makanan dalam kondisi ini berisiko tinggi menyebabkan masalah kesehatan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menegaskan bahwa makanan yang tidak aman, yang mengandung bakteri, virus, parasit, atau zat kimia berbahaya, berpotensi menyebabkan lebih dari 200 jenis penyakit. Ini menunjukkan betapa krusialnya menjaga keamanan pangan dari hulu hingga hilir. Pemahaman tentang tanda-tanda makanan yang tidak layak sangat penting bagi setiap individu.
Kesalahan Umum yang Membuat Makanan Tidak Sehat
Kontaminasi Silang (Cross-Contamination)
Salah satu kesalahan fatal yang sering terjadi adalah kontaminasi silang. Fenomena ini terjadi ketika mikroorganisme berbahaya berpindah dari satu makanan ke makanan lain, atau dari permukaan serta peralatan yang kotor ke makanan yang akan dikonsumsi. Contoh klasik adalah penggunaan talenan yang sama untuk memotong daging mentah dan sayuran tanpa dicuci bersih di antaranya.
Sani Professional menjelaskan bahwa kontaminasi silang juga bisa terjadi melalui penyimpanan makanan yang tidak tepat, seperti menyimpan daging mentah di atas makanan siap saji di kulkas. Cairan dari daging mentah tersebut dapat menetes dan mengkontaminasi makanan di bawahnya. Penggunaan bumbu rendaman daging mentah pada makanan yang sudah dimasak juga merupakan bentuk kontaminasi silang yang berbahaya.
Penyimpanan pada Suhu yang Salah
Suhu penyimpanan memegang peranan krusial dalam keamanan pangan. Makanan yang mudah rusak seperti daging, unggas, telur, dan produk susu harus disimpan pada suhu dingin di bawah 4°C atau panas di atas 60°C untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Meninggalkan makanan pada suhu ruangan terlalu lama, khususnya di zona bahaya antara 4°C hingga 60°C, memungkinkan bakteri berkembang biak dengan sangat cepat.
WHO menyarankan agar makanan yang baru dimasak segera dikonsumsi atau disimpan pada suhu yang tepat jika akan disimpan lebih dari 4-5 jam. Mencairkan makanan beku di suhu ruangan juga sangat berbahaya karena bagian luar makanan dapat mencapai suhu "zona bahaya" sementara bagian dalamnya masih beku. Sani Professional menegaskan bahwa kesalahan ini dapat memicu pertumbuhan bakteri berbahaya seperti Staphylococcus aureus dan Salmonella enteritidis.
Memasak Tidak Tuntas
Memasak makanan hingga suhu internal yang tepat adalah kunci untuk membunuh bakteri berbahaya yang mungkin ada. Sayangnya, banyak orang hanya mengandalkan warna atau tekstur makanan untuk menentukan kematangannya, padahal ini tidak cukup untuk menjamin keamanan pangan. Daging mentah atau setengah matang, terutama unggas, sangat rentan mengandung bakteri seperti Salmonella dan Campylobacter.
FDA menekankan bahwa mencapai suhu internal minimum yang aman adalah satu-satunya cara untuk memastikan keamanan daging, unggas, makanan laut, dan produk telur. Hal ini berlaku untuk semua metode memasak, memastikan bakteri berbahaya benar-benar musnah. Penggunaan termometer makanan sangat disarankan untuk akurasi.
Kebersihan yang Buruk
Kebersihan adalah fondasi utama dalam keamanan pangan. Kegagalan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik sebelum dan sesudah menangani makanan, setelah menggunakan toilet, atau setelah menyentuh hewan peliharaan, dapat menjadi sumber kontaminasi. Mikroorganisme dari tangan dapat dengan mudah berpindah ke makanan.
Selain kebersihan diri, membersihkan permukaan dapur, peralatan, dan perkakas masak dengan benar juga sangat penting. KlikDokter menggarisbawahi bahwa kebiasaan buruk tidak mencuci tangan atau membersihkan alat makan sebelum makan dapat menyebabkan kuman mengkontaminasi makanan. Kebersihan yang buruk adalah "bahan pertama" yang tidak diinginkan dalam setiap makanan yang aman.
Mengabaikan Tanggal Kedaluwarsa
Tanggal kedaluwarsa, atau "use by date" dan "expiration date", adalah batas aman makanan untuk dikonsumsi. Setelah tanggal ini, makanan tidak lagi layak dan harus segera dibuang untuk menghindari risiko kesehatan. Mengabaikan informasi penting ini dapat berakibat fatal bagi konsumen.
Hello Sehat menjelaskan perbedaan antara "expiration date" dan "best before". Meskipun "best before" menunjukkan kualitas terbaik makanan dan mungkin masih aman dikonsumsi setelahnya jika disimpan benar, "expiration date" berarti produk tidak layak dikonsumsi lagi. Memahami perbedaan ini sangat penting untuk mencegah keracunan makanan.
Pemanasan Ulang yang Tidak Benar
Makanan sisa yang disimpan harus dipanaskan ulang dengan benar untuk membunuh bakteri yang mungkin tumbuh selama penyimpanan. Suhu pemanasan ulang yang direkomendasikan adalah 73°C atau lebih. Banyak kasus keracunan terjadi karena makanan sisa tidak dipanaskan dengan sempurna.
Pemanasan ulang yang tidak merata, seperti di microwave tanpa diaduk atau diputar, dapat meninggalkan "titik dingin" di mana bakteri dapat bertahan hidup. Hal ini membuat makanan tetap berisiko meskipun sudah dipanaskan. Pastikan seluruh bagian makanan mencapai suhu yang aman sebelum dikonsumsi kembali.