Kala W.S. Rendra Ditangkap karena Protes Pemberedelan Tempo 31 Tahun Silam

1 month ago 24
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

TEMPO.CO, Jakarta - Sikap antikritik rezim Orde Baru terhadap media telah membuat nafas jurnalistik menjadi sesak. Lebih dari 30 tahun lalu, tepatnya pada Juni 1994, redaksi majalah Tempo, Tabloid DeTik, dan Editor diberedel karena mengungkap sisi buruk pemerintahan. Kesewenang-wenangan pemangku kebijakan itu menuai protes dari berbagai kalangan, termasuk mendiang penyair W.S. Rendra.

Bersama anggota Bengkel Teater dan sejumlah aktivis, buruh, dan mahasiswa, W.S. Rendra melakukan demonstrasi di depan kantor Departemen Penerangan, Jakarta, sepekan setelah pemberedelan, 27 Juni 1994. Namun, memang sudah dasarnya antikritik, pemerintahan Presiden Soeharto lewat kaki tangannya justru menangkap Rendra dan kawan-kawan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Padahal massa demonstrasi melakukan aksi secara damai. Mereka hanya duduk-duduk di depan Departemen Penerangan sembari menyanyikan lagu “Padamu Negeri”. Selain itu, Rendra bersama 20 anggota Bengkel Teater juga mengadakan aksi baca puisi. Namun tepat sesaat setelah Rendra membacakan puisinya, aparat keamanan kemudian menangkap dan menahan Si Burung Merak itu.

Rendra ditahan dengan alasan yang tak masuk akal dan terkesan diada-adakan. Kapolda Metro Jaya kala itu, Mayjen (Pol) M. Hindarto, para demonstran itu melanggar hukum karena berkumpul di tempat umum tanpa adanya izin. Hindarto menegaskan semua pedemo yang tertangkap di area Departemen Penerangan, akan dibawa ke pengadilan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

“Mereka melakukan tindak pidana melanggar ketentuan berkumpul di tempat umum lebih dari 5 orang tanpa izin tertulis dari Kapolda,” kata dia saat itu.

Tindakan peringkusan demonstran tersebut disorot Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI). Lembaga ini menyampaikan protes terbuka atas perlakuan pemerintah. Menurut YLBHI, tuntutan yang disampaikan masih dalam batas-batas yang dibenarkan UUD 1945 dan hukum yang berlaku. Untuk itu, YLBHI meminta pengunjuk rasa yang ditangkap segera dibebaskan.

Sementara itu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM juga menerima laporan aduan penangkapan massa dari aliansi masyarakat anti pemberedelan pers. Menanggapi hal ini, Sekjen Komnas HAM ketika itu, Baharuddin Lopa menurunkan tim khusus untuk melakukan penyelidikan. Pasalnya, selain penangkapan, aliansi menyebutkan adanya pemukulan terhadap penunjuk rasa.

“Sesuai dengan mekanisme di Komnas HAM, maka kami harus turun ke lapangan untuk mengecek hal ini dari kedua belah pihak,” ujar Lopa, saat itu. “Kita adalah negara hukum, tidak boleh ada penangkapan dan penahanan tanpa ada surat perintah penahanan”.

Protes yang disampaikan Rendra itu dilatarbelakangi pencabutan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers atau SIUP yang dikirim pihak pemerintah kepada pimpinan Majalah Tempo pada 21 Juni 1994. Surat itu diberikan oleh Menteri Penerangan saat itu, Harmoko. Tak hanya Majalah Tempo, Tabloid DeTik dan Editor juga turut dibredel.

Usut punya usut, pemberedelan ini merupakan buntut dari berita yang diterbitkan Majalah Tempo edisi terbit 7 Juni 1994. Berita tersebut mengkritik pembelian 39 kapal perang bekas dari Jerman Timur seharga USD 12,7 juta menjadi USD 1,1 miliar. Edisi sebelumnya, Majalah Tempo mengungkapkan adanya pelipatgandaan harga kapal bekas sebesar 62 kali lipat.

“Ada pers yang mengeruhkan situasi dan mengadu domba. Ini gangguan pada stabilitas politik dan nasional. Kalau tak bisa diperingatkan, akan kita ambil tindakan,” kata Soeharto pada 9 Juni 1994, menguatkan dugaan penyebab Tempo diberedel.

Read Entire Article