Liputan6.com, Jakarta Kortisol merupakan hormon stres dalam tubuh. Dalam jumlah yang normal, hormon ini berfungsi sebagai pengatur metabolisme, menjaga daya tahan tubuh, serta membantu tubuh merespons stres dengan tepat.
Hormon ini dikeluarkan oleh tubuh ketika mengalami tekanan. Namun, jika kadar kortisol terus-menerus tinggi, ini dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi.
Selama ini, banyak orang mengira bahwa penyebab utama peningkatan kortisol hanya berkaitan dengan stres kronis dan kurang tidur. Ternyata, ada beberapa kebiasaan harian yang tampak biasa tapi memicu peningkatan hormon stres seperti dilansir Health.
1. Skip Sarapan
Melewatkan sarapan membuat tubuh melepaskan kortisol karena merasa berada dalam kondisi siaga terhadap potensi stres. Jika berlangsung lama, kadar kortisol akan meningkat.
Lalu, berpuasa dalam waktu lama, termasuk puasa intermiten, bisa menambah beban pada tubuh sehingga memicu peningkatan produksi kortisol. Ahli gizi Melissa Groves Azzaro menyarankan agar menjaga rutinitas tetap teratur untuk menstabilkan kadar kortisol.
“Kelenjar adrenalmu menyukai rutinitas, jadi waktu makan, tidur, dan bangun yang teratur sangat penting,” katanya.
2. Pola Makan Terlalu Ketat
Ahli gizi Dina Aronson menyebut bahwa pola makan yang terlalu kaku juga bisa memicu peningkatan kortisol.
“Salah satu pemicu kortisol yang paling sering diabaikan adalah ketika orang menjadi terlalu kaku dalam pola makan mereka demi mencapai kesehatan yang ‘sempurna’,” kata Aronson.
Menurutnya, pola makan yang terlalu membatasi, meskipun niatnya baik, justru dapat meningkatkan kortisol lebih tinggi dibandingkan pilihan makanan yang dianggap "kurang sempurna".
Beberapa studi juga menunjukkan bahwa pembatasan kalori dapat meningkatkan pelepasan kortisol dalam tubuh. Bahkan, puasa dalam waktu lama dapat meningkatkan kortisol lebih besar dibanding diet rendah kalori yang tidak terlalu ketat.
3. Olahraga Berlebihan
Olahraga memang menyehatkan, namun jika dilakukan secara berlebihan, justru bisa meningkatkan kadar kortisol.
Olahraga intens perlu dihindari jika tubuh tidak cukup nutrisi dan istirahat. Namun jika kebutuhan tubuh tercukupi, latihan intensif tetap aman.
“Orang-orang sering menghindari latihan intensitas tinggi karena mereka takut akan lonjakan kortisol, tetapi ketakutan itu berlebihan,” kata Aronson.
Menurutnya, lonjakan kortisol selama olahraga intens justru membantu pemulihan dan meningkatkan energi. Efek ini hanya sementara, bukan peningkatan kronis.
4. Konsumsi Gula Berlebihan
Peradangan adalah penyebab peningkatan kortisol yang paling jarang disadari. Dua penyebab utama peradangan adalah stres emosional dan konsumsi gula berlebih.
Makanan tinggi gula bisa memicu peradangan karena sel tubuh memproses gula dengan cepat. Saat peradangan terjadi, kelenjar adrenal merespons dengan menghasilkan lebih banyak kortisol. Hal ini membuat tubuh menyimpan lebih banyak lemak.
5. Kecemasan (Anxiety)
Kondisi mental berperan penting dalam pengaturan hormon stres. Gangguan pada korteks prefrontal (bagian otak pengatur stres) dapat meningkatkan produksi kortisol dan berhubungan erat dengan gangguan kecemasan.
Kecemasan membuat seseorang mengalami kekhawatiran berlebihan, pikiran negatif, serta rasa takut akan hal-hal yang belum tentu terjadi—semua berlangsung terus-menerus.
6. Selalu Kesiangan
Stres akibat kesiangan bisa dicegah dengan memberi waktu cukup untuk bersiap di pagi hari. Jika kebiasaan kesiangan terus berulang, tubuh akan berada dalam mode siaga secara konstan.
Hipotalamus, bagian otak yang mengatur hormon termasuk kortisol, tidak bisa membedakan antara kondisi telat dan kondisi darurat yang mengancam nyawa.
Cara mengatasi stres ini adalah dengan memperlambat ritme hidup, menyediakan waktu lebih, dan menyiapkan kebutuhan lebih awal.