TEMPO.CO, Papu - Posko Kemanusiaan Pemuda Katolik se-Tanah Papua mendesak TNI-Polri dan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Operasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) untuk menghentikan konflik bersenjata di pelbagai wilayah Papua, khususnya di Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Koordinator Posko Pusat Kemanusiaan Pemuda Katolik Papua, Kristianus Madai, mengatakan konflik senjata yang terjadi di Distrik Sinak dan beberapa lainnya telah menyebabkan eksodus warga dalam eskalasi besar.
"Para warga melakukan eksodus ke Waropen dan Nabire," kata Madai melalui pesan singkat, Rabu, 25 Juni 2025.
Menurut dia, para warga yang mengungsi saat ini berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Sebab, selain mengalami kekurangan bahan makanan terdapat sejumlah warga yang menderita penyakit.
Penyakit itu, kata dia, membutuhkan pertolongan medis sesegera mungkin. Sebab, di lokasi pengungsian tidak banyak tersedia obat-obatan yang diperlukan. "Warga mengalami tekanan psikologis, mereka ketakutan dan trauma, terutama perempuan dan anak-anak," ujar dia.
Madai melanjutkan, berdasarkan catatan hingga awal Juni lalu, tercatat sekitar 600 warga Distrik Sinak yang bereksodus ke Nabire, dan 300 lainnya di Waropen.
Masalahnya, dari ratusan pengungsi, tidak semua berada dalam kondisi kesehatan yang baik. Dia mengatakan, setelah bereksodus dengan berjalan kaki menyusuri hutan, kondisi warga banyak yang kelelahan.
"Satu kata yang selalu mereka sampaikan. Mereka ingin pulang ke rumah," ucap Madai.
Karenanya, Madai menegaskan, gereja Katolik Papua meminta agar penyelesaian konflik di Papua tidak menggunakan pendekatan keamanan, melainkan dialog antara pihak yang berseteru.
Ia menyebut, pendekatan yang selama ini dilakukan oleh TNI-Polri tidak efektif, dan cenderung menyebabkan penderitaan terhadap warga sipil yang tak berdosa.
"Kami punya cita-cita bisa hidup damai bersama. Bukan, saling membunuh karena kepentingan masing-masing," ucap Madai.
Adapun juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, tak menampik ihwal adanya eksodus besar warga Kabupaten Puncak imbas konflik bersenjata. Ia mengklaim eksodus terjadi lantaran warga ketakutan dengan operasi militer yang dilancarkan TNI-Polri di area perkampungan.
"Mereka (warga) punya pengalaman buruk atas kejahatan militer Indonesia," kata Sebby.
Kepala Pusat Penerangan Markas Besar TNI Mayor Jenderal Kristomei Sianturi belum menjawab pesan pertanyaan yang disampaikan Tempo ke nomor telepon WhatsAppnya.
Tetapi, pada 26 Mei 2025 lalu, dia mengatakan eksodus warga di Papua terjadi lantaran diakibatkan aksi kekerasan yang dilakukan milisi TPNPB di perkampungan. "Justru mereka (TPNPB) yang menebar ketakutan sehingga membuat banyak warga mengungsi," ujar Kristomei.
Sebelumnya, TPNPB mengklaim telah menembak sembilan prajurit TNI di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak pada 23 Juni 2025. Namun, Kristomei membantah kabar tersebut. Dia mengatakan informasi itu hoaks.