Liputan6.com, Jakarta Daun beluntas (Pluchea indica L.) memiliki potensi sebagai pelarut alami alias Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) dalam pengembangan obat.
Mahasiswa Program Doktor Fakultas Farmasi (FF) Universitas Indonesia (UI), Ni Putu Ermi Hikmawanti, M.Farm., menjelaskan, proses ekstraksi senyawa aktif dari tanaman obat merupakan tahap krusial dalam pengolahan bahan baku di dalam industri farmasi.
Sayangnya, metode konvensional yang banyak digunakan masih bergantung pada pelarut organik, seperti etanol dan methanol, yang berisiko toksik serta berdampak buruk bagi lingkungan. Menjawab tantangan ini, pelarut alami berbasis bahan hayati atau NADES mulai dikembangkan sebagai alternatif yang lebih aman dan berkelanjutan.
Salah satu riset yang menyoroti potensi NADES dilakukan oleh Ni Putu Ermi. Dalam disertasinya yang berjudul Pemanfaatan NADES sebagai Pelarut Ekstraksi Daun Beluntas (Pluchea indica L.) dan Pemisahan Asam Dikafeoilquinat serta Aktivitas Antioksidan dan Antiretroviralnya.
Dalam riset ini, dia membedah dan mengkaji efektivitas NADES dalam mengekstraksi senyawa bioaktif dari tanaman lokal Indonesia. Dia memilih daun beluntas karena mengandung senyawa fenolik tinggi dan telah lama dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional.
“Beluntas ini mudah dijumpai di Indonesia, bahkan sering tumbuh di pekarangan rumah. Beluntas merupakan sumber herbal potensial untuk dikembangkan,” ujar Ermi mengutip laman UI, Senin (21/7/2025).
Inilah kedai mie yang baru saja dibuka oleh Ririn Wulandari, seorang ibu rumah tangga di kawasan Desa Balongbendo, Sidoarjo. Sekilas tak ada perbedaan dengan kedai mie ayam lainnya, namun dalam penyajiannya mie berwarna hijau dari daun luntas dan kel...
Berpotensi Menghambat Infeksi HIV
Melalui serangkaian uji laboratorium, ditemukan bahwa kombinasi glisin dan asam laktat dengan rasio molar 1:3 serta penambahan air sebesar 50 persen merupakan formulasi NADES paling optimal.
Dari hasil ekstraksi tersebut, ia berhasil memisahkan salah satu senyawa utama, yakni 3,5-dikafeoilquinat (3,5-DCQA), yang kemudian diteliti lebih lanjut.
Ekstrak NADES dan fraksi kaya 3,5-DCQA yang diteliti menunjukkan aktivitas antioksidan dan antiretroviral secara in vitro. Studi in silico menunjukkan bahwa 3,5-DCQA berpotensi menghambat protein gp120 HIV-1, yang merupakan target penting dalam fase awal infeksi HIV.
Temuan Ermi membuka peluang pengembangan 3,5-DCQA sebagai kandidat bahan aktif dalam formulasi obat herbal antiretroviral berbasis bahan alam Indonesia. Capaian ini turut memperkuat posisi risetnya sebagai rujukan penting dalam pemanfaatan NADES, sekaligus menegaskan potensi besar sumber daya hayati Indonesia dalam pengembangan fitofarmaka yang berdaya saing global.
Kontribusi Bidang Formulasi Obat
Selain memberikan kontribusi praktis di bidang formulasi obat, penelitian Ermi juga membawa dampak signifikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Ia telah mempublikasikan empat artikel riset dan dua artikel ulasan di jurnal internasional dengan reputasi tinggi (Scopus Q1–Q3).
Salah satu artikelnya yang berjudul Natural Deep Eutectic Solvents (NADES): Phytochemical Extraction Performance Enhancer for Pharmaceutical and Nutraceutical Product Development dan terbit di jurnal Plants, telah dikutip 235 kali hingga Juli 2025.