Liputan6.com, Jakarta Ketika berbicara soal striker papan atas, nama Alexander Isak kerap menjadi acuan. Tinggi, tangguh, dan memiliki naluri mencetak gol yang mematikan. Namun, Arsenal memilih jalur berbeda.
Musim panas ini, Viktor Gyokeres muncul sebagai pilihan utama Mikel Arteta. Meski bukan tipikal penyerang ideal dalam rencana awal, Gyokeres berhasil menarik perhatian lewat kerja keras dan mentalitas pantang menyerah. Arsenal pun akhirnya mencapai kesepakatan untuk mendatangkannya dari Sporting.
Di tengah pencarian striker yang bernilai dan relevan dengan kebutuhan tim, keputusan ini menunjukkan arah jelas. Gyokeres mungkin bukan opsi termewah di atas kertas, tapi ia adalah cerminan dari karakter yang dibutuhkan Arsenal.
Arsenal dan Dilema Striker Baru
Alexander Isak sempat masuk radar, tapi biaya tinggi dan dampaknya terhadap manuver transfer lain membuatnya tak terjangkau. Meskipun sang pemain disebut ingin hengkang, kesepakatan tetap terasa mustahil.
Arsenal kemudian mengerucutkan pilihan pada tiga nama: Gyokeres, Benjamin Sesko dari RB Leipzig, dan Ollie Watkins dari Aston Villa. Masing-masing membawa kombinasi kualitas dan pertanyaan berbeda bagi Arteta.
Gyokeres unggul dalam aspek yang tak selalu masuk dalam daftar kriteria formal transfer. Ia memiliki ambisi besar dan semangat tak kenal lelah, yang terlihat jelas dalam cara bermainnya dan perjalanan panjang menuju level tertinggi.
Keputusan yang Didorong Hasrat dan Tekad
Sepanjang musim panas, Gyokeres terlihat aktif mengupayakan kepindahan ke London utara. Berbeda dengan Sesko yang lebih pasif, striker Swedia ini membuka hati sepenuhnya untuk Arsenal. Ia menolak opsi lain dan fokus hanya pada satu tujuan.
Komitmennya tampak nyata. Seolah ia rela berjalan kaki dari Lisbon ke Emirates demi mewujudkan mimpi itu. Reputasinya dibentuk oleh latihan tambahan dan dedikasi tinggi setiap hari.
Pada akhirnya, Arsenal harus menetapkan satu nama untuk dijadikan investasi terbesar musim ini. Waktu terus berjalan, dan Arteta melihat tur Asia sebagai momen penting untuk mengintegrasikan striker baru ke dalam skuad.
Mentalitas Viktor Gyokeres
Gyokeres datang sebagai pemain yang matang, berusia 27 tahun, mengingatkan pada kisah Ian Wright yang bersinar di usia hampir serupa. Seperti Wright, ia juga menyimpan rasa lapar luar biasa untuk mencetak gol.
Ketika masuk ruang ganti Arsenal, ia akan membawa semangat ekstra, tapi bukan berarti seluruh fans Arsenal menyambutnya tanpa keraguan. Di era digital, opini publik cepat terbentuk, sering kali bernada negatif.
Kasus seperti Noni Madueke hingga Kai Havertz menjadi contoh. Sebaliknya, Ben White dan David Raya menunjukkan bahwa penerimaan awal tak selalu menentukan karier pemain di Emirates.
Antara Skeptisisme dan Optimisme
Kritik yang mengarah pada Gyokeres menyebut ia kurang dalam hal teknik, datang dari liga yang dianggap lebih lemah, dan tak terlalu tangguh dalam duel udara meski bertubuh tinggi dan kekar. Keraguan itu wajar di tengah ekspektasi besar.
Namun, sisi positifnya juga tak bisa diabaikan. Ia membawa gaya klasik penyerang tengah ala Inggris yang belum dimiliki Arsenal saat ini. Insting mencetak golnya tajam, intensitasnya tinggi, dan pergerakannya bisa membuka ruang bagi rekan setim.
Dengan hadirnya Gyokeres, lawan tak lagi mudah memfokuskan penjagaan hanya pada Bukayo Saka. Arsenal menambah elemen baru yang mampu mengguncang sistem pertahanan lawan dengan pendekatan berbeda.