Aliansi Perempuan Kecam Fadli Zon karena Sebut Pemerkosaan Massal Cuma Rumor

1 month ago 26
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

TEMPO.CO, Jakarta - Aliansi Perempuan Indonesia mengecam Menteri Kebudayaan Fadli Zon karena menyebut pemerkosaan massal pada kerusuhan 1998 sebagai rumor belaka. Aliansi yang terdiri dari sejumlah asosiasi anti-kekerasan terhadap perempuan itu menilai bahwa Fadli Zon mengingkari penderitaan korban kekerasan seksual.

“Ketika Menteri Fadli Zon bilang itu cuma rumor, itu bukan sekedar salah bicara, itu adalah bentuk kekerasan baru yang menolak mengakui kebenaran,” kata perwakilan Koalisi Perempuan Indonesia, Siti Umul Khoir, dalam konferensi pers secara daring pada Sabtu, 14 Juni 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebagai pejabat negara, Fadli Zon dianggap mencerminkan karakter pemerintah yang ingin menyangkal pahitnya sejarah masa lalu. Padahal aliansi menekankan bahwa pemerkosaan massal 1998 telah diakui sebagai fakta sejarah oleh pemerintahan BJ Habibie melalui Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).

Anggota aliansi lain yang turut mengekspresikan kegeraman akan Fadli Zon ialah Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia (IPTI). Perwakilan IPTI, Diyah Wara Restiyati, menceritakan bagaimana suasana mencekam yang harus dijalani etnis tionghoa terutama pada Mei 1998. Diyah yang saat itu baru lulus Sekolah Menengah Atas mengingat betul bagaimana etnisnya diperlakukan semena-mena.

Ia menjadi saksi bagaimana teman-temannya harus mengungsi hingga pindah ke luar negeri karena tak sanggup menerima diskriminasi dari orang keturunan asli Indonesia. Penyangkalan Fadli Zon soal pemerkosaan massal telah menyayat hatinya. Penyangkalan tersebut menegaskan ketidakpedulian pemerintah terhadap penderitaan etnis Tionghoa.

“Dalam kehidupan sehari-hari kami sudah didiskriminasi, sudah mengalami kekerasan hanya karena kami Tionghoa. Dan seringkali tidak dianggap sebagai bagian dari bangsa Indonesia,” ujar Diah. “Jadi apa yang disampaikan oleh pemerintah lewat Menteri Kebudayaan Fadilison itu benar-benar sangat melukai kami.”

Adapun bagi seorang penyintas kekerasan seksual yang aktif di Forum Aktivis Perempuan Muda (FAMM) Indonesia, tudingan Fadli Zon seumpama pemicu yang mengingatkan trauma. “Dan dalam waktu sekejap, aku juga langsung membayangkan bagaimana luka, bagaimana sakitnya, bagaimana amarahnya daripada kawan-kawan penyintas di 1998,” ujar Tuba Fallopi, kata perwakilan aliansi lainnya.

Tuba mengecam pernyataan Fadli Zon karena menunjukkan ketidakmampuan pemerintah berempati terhadap pengalaman perempuan. Ia meyakini pemerintah belum memiliki kecukupan komitmen untuk memulihkan hak-hak penyintas kekerasan seksual 1998 bila memahami kejadiannya saja gagal.

Aliansi Perempuan Indonesia pun menuntut Fadli Zon untuk mencabut pernyataannya dan membuat permintaan maaf kepada korban beserta keluarganya. Aliansi menekankan, bila dibiarkan berlarut-larut, pernyataan yang keluar dari pejabat setingkat menteri akan diterima sebagai kebenaran padahal justru menyesatkan.

Adapun ujaran itu dilontarkan Fadli Zon dalam wawancara tentang proses penulisan ulang sejarah bersama jurnalis senior dari IDN Times, Uni Zulfiani Lubis. Tempo telah diizinkan oleh Uni Lubis untuk mengutip pernyataan Fadli Zon.

Fadli mulanya menjelaskan bahwa penulisan ulang sejarah bertujuan untuk mengklarifikasi rumor-rumor yang selama ini telah dianggap sebagai fakta sejarah. Politikus Partai Gerindra kemudian menjadikan peristiwa pemerkosaan massal sebagai contoh dari rumor yang ingin dia luruskan.

"Pemerkosaan massal kata siapa itu? Enggak pernah ada proof-nya. Itu adalah cerita. Kalau ada tunjukkan, ada enggak di dalam buku sejarah itu?" kata Fadli Zon dalam wawancara yang ditayangkan di siaran YouTube media IDN Time pada Rabu, 11 Juni 2025. 

Mantan Wakil Ketua DPR RI itu juga menuturkan ia pernah menguji para sejarawan dengan mengatakan bahwa peristiwa tersebut telah diakui oleh tim pencari fakta. "Saya sendiri pernah membantah itu dan mereka (penulis ulang sejarah) tidak bisa buktikan," ungkap Fadli. 

Dede Leni Mardianti berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Read Entire Article