Liputan6.com, Jakarta Gangguan pendengaran bisa timbul akibat penggunaan Personal Listening Device (PLD) atau alat dengar pribadi seperti headset dan earbuds yang tidak tepat.
Maka dari itu, Staf pengajar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) dari Departemen Telinga, Hidung, Tenggorok, Bedah Kepala Leher (THT-KL), Dr. dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL, menjelaskan cara penggunaan PLD yang aman, yakni:
- Gunakan PLD dengan volume maksimal 60 persen selama tidak lebih dari 60 menit per hari.
- Menjaga kebersihan PLD.
- Manfaatkan fitur volume warning yang kini tersedia pada banyak gawai.
“Gunakan PLD dengan teknologi noise cancelling (peredam kebisingan) agar tidak perlu menaikkan volume terlalu tinggi. Batasi volume di bawah 80 desibel,” ujarnya mengutip laman UI, Senin (21/7/2025).
Ia juga menyarankan kepada pengguna PLD agar memeriksakan diri ke dokter spesialis THT-KL jika mengalami dua dari tiga kondisi, yakni:
- Penggunaan lebih dari 4 jam per hari.
- Volume di atas 80 persen.
- Munculnya nyeri atau berdenging setelah pemakaian.
Fikri mengatakan, gaya hidup modern masyarakat saat ini sangat akrab dengan penggunaan PLD. Sayangnya, kesadaran masyarakat akan risiko gangguan pendengaran akibat penggunaan alat ini masih rendah. Paparan suara keras dari perangkat yang digunakan berjam-jam setiap hari dapat menjadi ancaman bagi siapa pun yang terbiasa menikmati audio dengan volume tinggi.
Terlalu sering memakai earphone ternyata punya dampak negatif bagi telinga kita loh. Gak percaya? Tonton deh Semenit Berfaedah ini.
1,1 Miliar Remaja Berisiko Alami Gangguan Pendengaran
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sekitar 1,1 miliar remaja di seluruh dunia berisiko mengalami gangguan pendengaran akibat paparan bising.
Penelitian terbaru pada 2023 bahkan menunjukkan risiko gangguan pendengaran akibat penggunaan headset mencapai 23,8 persen, atau setara dengan 1 dari 4 pengguna. Bahkan, tuli akibat bising kini menjadi ancaman baru di era modern.
“Kita justru menikmati bising setiap hari, seperti konser, tempat musik, atau tempat bermain yang memiliki pengeras suara bervolume tinggi,” ujar Fikri dalam webinar bertajuk Sayangi Pendengaranmu: Tips Aman Pakai Headset Sehari-hari yang diadakan FKUI, pada Rabu, 12 Juni 2025.
Tuli Akibat Bising Tak Hanya Ancam Pegawai Pabrik
Menurut Fikri, tuli akibat bising kini tidak hanya mengancam para pekerja pabrik atau sopir bajaj seperti di masa lalu, tetapi juga masyarakat luas melalui perangkat pribadi seperti headset yang kerap diabaikan.
“Orang yang mengalami cedera bising memiliki gejala awal telinga berdenging dan terasa tertutup seperti kemeng. Gejala ini sering kali dianggap sepele karena dapat hilang dalam waktu 24 jam. Namun, justru karena sering diabaikan dan berulang, lama-kelamaan bisa menimbulkan gangguan permanen,” kata dr. Fikri.
Selain menimbulkan gangguan telinga, cedera bising kronik juga dapat berdampak besar terhadap kualitas hidup, mulai dari kesulitan berkomunikasi di lingkungan ramai, gangguan konsentrasi, hingga gangguan sosial dan percepatan penuaan pada jalur pendengaran.
Tata Laksana Gangguan Pendengaran Akibat Bising
Tata laksana penanganan gangguan pendengaran akibat bising, menurut Fikri, akan disesuaikan dengan tingkat keparahannya.
Untuk kasus cedera yang bersifat akut, seperti telinga berdenging khususnya jika terjadi dalam kurun waktu kurang dari 12 minggu, pengobatan medis masih memungkinkan.
Sementara, untuk kondisi kronis tanpa gangguan psikologis, terapi transcranial magnetic stimulation yang melibatkan dokter neurologi bisa menjadi pilihan.
“Kalau sudah menetap dan disertai keluhan psikologis seperti stres atau depresi, maka penanganan harus melibatkan psikolog atau psikiater untuk mendampingi proses pemulihan,” ucap Fikri.
Jenis-Jenis PLD
PLD yang beredar saat ini memiliki banyak jenis, seperti earbuds, headphone over-ear (dengan atau tanpa noise cancelling), hingga bone conduction headset.
Jenis over-ear dengan fitur Active Noise Cancelling (ANC) dianggap menjadi pilihan yang relatif lebih aman karena mampu meredam kebisingan tanpa harus menaikkan volume secara berlebihan.
“Akan tetapi, PLD jenis ini tidak disarankan digunakan sambil berjalan atau berlari karena mengurangi kewaspadaan terhadap lingkungan,” pungkasnya.