TEMPO.CO, Jakarta - Selain Indonesia, sejumlah negara juga sudah mempunyai warisan budaya takbenda yang diakui oleh UNESCO. Dengan diakui UNESCO, tradisi dan seni bukan sekadar produk masa lalu, melainkan bagian vital dari keberlangsungan masa depan.
Dilansir dari daftar pada laman UNESCO Intangible Cultural Heritage, berikut delapan warisan budaya takbenda 2024 di berbagai negara yang telah diakui UNESCO.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Reog Ponorogo, Indonesia
Seni pertunjukan khas dari Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia ini resmi masuk dalam daftar Warisan Budaya Takbenda yang memerlukan perlindungan mendesak oleh UNESCO pada 2024. Tari teatrikal yang telah berusia ratusan tahun ini kerap dipentaskan dalam berbagai upacara adat seperti tolak bala, bersih desa, hingga perayaan keagamaan dan nasional.
Ritual Wosana, Botswana
Wosana merupakan ritual pemanggil hujan yang berasal dari komunitas Bakalanga di Botswana dan beberapa desa di perbatasan Zimbabwe. Budaya ini terdaftar sebagai Warisan Budaya Takbenda yang memerlukan perlindungan mendesak oleh UNESCO pada 2024. Tradisi leluhur ini melibatkan doa, jamuan, nyanyian, dan tarian dalam upacara yang bersifat kolektif dan dipimpin oleh tokoh adat.
Kopi Arab, Arab
Kopi Arab resmi masuk dalam daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan UNESCO pada 2024 dengan kontribusi dari Uni Emirat Arab, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan negara pengusul baru, Yordania. Tradisi minum kopi ini merefleksikan nilai luhur keramahan dan kemurahan hati dalam masyarakat Arab. Penyajian kopi Arab tak sekadar rutinitas harian, tapi juga bagian dari berbagai seremoni seperti pernikahan dan majelis adat untuk rekonsiliasi atau penyelesaian konflik.
Rubab, Afganistan
Rubab merupakan alat musik petik kuno dari Asia Tengah, Selatan, dan Barat Daya. Alat musik ini resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO pada 2024 melalui pengajuan bersama Afghanistan, Iran, Tajikistan, dan Uzbekistan. Terbuat dari kayu murbei kering yang dikumpulkan dari gurun, rubab dimainkan dalam berbagai peristiwa dari perayaan, pernikahan, pemakaman, hingga ritual penyembuhan. Instrumen ini juga menjadi bagian penting dalam pertunjukan musik orkestra dan kontemporer lintas negara.
Dry Stone Construction, Kroasia
Seni konstruksi batu kering atau dry stone construction resmi masuk dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda UNESCO tahun 2024 berkat kolaborasi 13 negara Eropa, termasuk Kroasia, Prancis, Italia, Yunani, hingga Irlandia. Teknik ini merujuk pada praktik membangun struktur hanya dengan batu, tanpa menggunakan bahan pengikat apa pun. Keahlian ini menuntut pemahaman mendalam terhadap geometri dan fisika, serta ketelitian dalam memilih dan menyusun batu agar kokoh dan menyatu dengan kontur tanah serta iklim setempat.
Asturian Cider Culture, Spanyol
Budaya minum sari apel di Asturias, Spanyol, mencakup seluruh ruang dan proses pembuatan, penyajian, hingga kenikmatan mencicipi cider alami hasil fermentasi sari apel lokal. Cider menjadi simbol jati diri masyarakat Asturias yang merefleksikan relasi mendalam antara komunitas pedesaan dan lingkungan alam mereka. Cider juga menjadi bagian penting dalam kuliner lokal dan perayaan tradisional, mulai dari festival kastanye (amagüestos), pesta cider (espichas), hingga kompetisi menuang dan mencicipi yang memperkuat ikatan sosial dan menjaga kelestarian lanskap pedesaan secara berkelanjutan.
Betashar, Kazakhstan
Betashar atau ritual tradisional pernikahan asal Kazakhstan merupakan upacara yang menandai momen ketika wajah pengantin perempuan diperlihatkan untuk pertama kali kepada khalayak, sebuah tradisi yang berakar dari masa ketika calon pengantin pria jarang melihat pasangannya sebelum pernikahan.
Csárdás, Hungaria
Tradisi tari Csárdás asal Hungaria merupakan tarian yang dibawakan secara berpasangan, biasanya pria dan wanita, dengan banyak pasangan yang menari bersamaan dalam lingkaran besar atau kecil. Setiap daerah memiliki gaya, gestur, dan pola gerakan khas yang tetap mengacu pada aturan baku namun dieksekusi secara improvisasi. Csárdás hidup dalam tradisi desa maupun kota, menjadi bagian dari pesta pernikahan, acara komunitas, hingga pertunjukan panggung, dan biasanya diiringi musik gesek seperti biola, viola, dan kontrabas.
Dengan adanya pengakuan dari UNESCO membawa banyak manfaat. Selain meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga budaya, status warisan dunia juga mendorong kolaborasi internasional, memperluas apresiasi terhadap keragaman budaya, serta menguatkan ekonomi kreatif dan sektor pariwisata. Tradisi yang telah disahkan akan lebih terlindungi dari klaim budaya negara lain, sekaligus memberikan inspirasi dan kebanggaan kolektif bagi bangsa. Tak hanya melestarikan, pengakuan ini juga menjadi pemantik untuk terus memperkenalkan budaya lokal ke ranah global.