TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat atau TNI AD berencana merekrut 24 ribu tamtama. Pada Rabu, 4 Juni 2025, Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AD Brigjen Wahyu Yudhayana, mengatakan para calon tamtama tersebut bukan disiapkan menjadi pasukan tempur, melainkan pasukan ketahanan pangan hingga pelayan kesehatan dalam batalion teritorial pembangunan.
Tujuan Pembentukan Batalion Teritorial Pembangunan
Rencana pembentukan batalion teritorial pembangunan ini sempat disampaikan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin dalam rapat kerja dengan Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat pada Senin, 25 November 2024. Kala itu, Sjafrie mengatakan pemerintah menargetkan pembentukan 100 batalion teritorial pembangunan mulai berjalan pada 2025.
Batalion ini bertujuan untuk menciptakan stabilitas keamanan sekaligus mendukung kesejahteraan masyarakat. Selain itu, batalion ini juga akan dilengkapi dengan kompi peternakan, perikanan, pertanian, dan kesehatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 4 Februari 2025, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak mengatakan rencana pembentukan 100 batalion teritorial pembangunan ini merupakan arahan Presiden Prabowo Subianto. Batalion ini akan berfokus mendukung pembangunan dan pertanian.
Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigadir Jenderal Wajyu Yudhayana mengungkapkan batalion itu dibangun untuk target swasembada pangan pada 2025. Ia menjelaskan pembentukan batalion ini juga akan menambah fungsi TNI menjadi fungsi pertahanan dan keamanan. Penambahan fungsi tersebut supaya TNI bisa terlibat dalam urusan pangan.
“Untuk mendukung swasembada pangan, sehingga perlu restrukturisasi,” kata Wahyu pada Sabtu, 8 Februari 2025.
Sebelumnya, pada 15 Desember 2024, Maruli mengungkapkan rencana pembentukan batalion infanteri teritorial pembangunan di beberapa daerah di Kalimantan, termasuk Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Menurut dia, pembentukan batalion baru itu untuk mendukung ketahanan pangan dan swasembada pangan, yang merupakan program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
“Sudah dikonsepkan ada batalion, terus ada kompi produksi. Kalau nanti batalion dibentuk, ada tempatnya seperti di Wanam dan di Kurik, itu mereka akan fokus. Itu kan batalion tempur sebetulnya, nanti kan ada di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, nanti kan ada batalion-batalion, kita gabung semua,” kata Maruli saat jumpa pers di Jakarta pada Ahad, 15 Desember 2024.
Menurut Maruli, untuk mencetak sawah yang luasnya ratusan ribu hektare, TNI AD tidak dapat mengandalkan bintara pembina desa (babinsa) saja, karena pengerjaan lahan seluas itu membutuhkan prajurit dalam jumlah besar, setidaknya se-batalion.
“Babinsa cuma satu orang satu desa. Gak mungkin dia ngurus. Ngurus 1.000 meter itu setengah mati, harus batalion. Kita mau main ratusan ribu hektare lho ini. Kalau babinsa cuma petak-petak saja,” kata Maruli.