Liputan6.com, Jakarta Di balik perilaku kecanduan judi online (judol), bisa jadi tersembunyi luka batin yang belum sembuh seperti disampaikan psikiater Jiemi Ardian.
Leboh lanjut, Jiemi mengungkapkan bahwa sebagian orang yang kecanduan judi online sebenarnya sedang berusaha melupakan trauma masa lalu dengan cara ekstrem.
"Sebagiannya itu karena trauma makanya dia kecanduan, berusaha mengisi kesenangan dengan cara ekstrem, berusaha mengisi kesenangan yang besar, yang kalau orang normal gak butuh intensitas kesenangan sebesar itu," ujarnya dalam peluncuran buku Pulih dari Trauma di Jakarta mengutip Antara.
Jiemi mengatakan orang dengan trauma membutuhkan suatu pelampiasan yang bisa membuatnya senang dengan intensitas yang besar. Itu kenapa lebih rentan mengalami kecanduan karena memberikan akses kesenangan yang besar.
Orang yang memiliki trauma namun tidak disembuhkan maka akibatnya tidak hanya mengalami kecanduan pada sesuatu namun juga memiliki perilaku kasar atau jadi temperamen.
Ia menambahkan berhentinya seseorang dari judi online juga bukan berarti ia sudah sembuh dari trauma, melainkan harus diikuti dengan berkurangnya perilaku mengganggu yang mengikutinya.
"Jadi, kita tidak bisa menganggap sembuh judi itu hanya sebatas abstinence atau berhentinya judi. Tapi berhentinya judi dan hilangnya gejala aneh-aneh yang lain atau gejala mengganggu yang lain, itu baru kita bisa sebut sebagai sembuh," kata Jiemi.