Liputan6.com, Jakarta Nafsu makan anak sering kali menjadi kekhawatiran utama bagi orangtua. Faktanya, persoalan nafsu makan bisa sangat kompleks dan tidak bisa disamaratakan begitu saja.
Dokter spesialis anak Reza Ervanda Zilmi dari RS EMC Cikarang mengatakan banyak orangtua buru-buru melabeli anaknya sebagai picky eater atau pemilih makanan. Padahal kenyataannya tidak sesederhana itu.
Menurut Reza, kondisi picky eater hanya dialami oleh sekitar 1% anak secara global. Artinya, picky eater bukan menjadi penyebab utama ketika anak susah makan.
Sebagian besar kasus nafsu makan rendah justru berkaitan dengan anak yang tidak benar-benar lapar saat waktu makan tiba.
"Orangtua sering tidak sadar telah membuat 'Gerakan Tutup Mulut' pada anak. Anak-anak kalau udah kenyang atau nggak mau pasti mulutnya tertutup rapat terkadang sambil menggeleng-gelengkan kepala, betul bukan?" ujar Reza dalam Healthy Monday bersama EMC bertajuk Tips Pola Hidup Sehat pada Anak pada Senin kemarin.
Hal ini terjadi karena anak sering diberikan susu tambahan atau camilan terlalu dekat dengan jam makannya, sehingga saat waktunya makan, anak menolak karena masih kenyang. Akhirnya orangtua panik, padahal masalah utamanya adalah ketidaktepatan jadwal makan.
Ukuran Lambung Anak Lebih Kecil
Masalah makan juga sering muncul karena ekspetasi orangtua yang tidak sesuai dengan kapasitas anak. Reza menjelaskan bahwa ukuran lambung anak jauh lebih kecil dibandingkan orang dewasa. Itu sebabnya, anak-anak sebaiknya makan dalam porsi kecil tapi sering.
"Orangtua perlu mengerti bahwa anak-anak memiliki ukuran perut yang lebih kecil. Sering terjadi, anak harus makan banyak agar cepat besar atau tetap sehat. Namun pada kenyataannya, memaksakan porsi besar justru membuat anak kehilangan nafsu makan. Ini akan berdampak pada pola makannya yang susah," katanya.
Pola makan anak idealnya disusun teratur dengan jarak waktu yang cukup antara makan utama dan camilan. Ketika mendekati jam makan utama, sebaiknya hindari memberikan susu formula atau makanan lain agar anak tetap merasa lapar di jam makannya.
Jika jadwal terlalu rapat, anak akan merasa kenyang terus, dan bukan tidak mungkin menolak makan meski diberi makanan yang enak dan bergizi.
Bukan Faktor Keturunan, Tapi Kebiasaan yang Dilatih
Ada anggapan di masyarakat bahwa anak kurus atau susah makan karena mengikuti genetik orangtuanya. Namun, Reza membantah hal tersebut. Menurutnya, pola makan dan berat badan anak lebih ditentukan oleh pola asuh serta kebiasaan makan yang dibangun oleh orangtua.
"Bukan karena bapaknya kurus lalu anaknya juga kurus. Itu salah. Anak dibentuk dari usaha orangtua untuk membangun kebiasaan sehat sejak kecil," jelasnya.
Ia menekankan bahwa setiap anak unik dan pendekatan makannya pun harus disesuaikan dengan karakter serta kebutuhannya masing-masing. Artinya, peran orangtua sangat besar dalam menciptakan rutinitas makan yang sehat dan menyenangkan.
Mulai dengan memperkenalkan rasa makanan secara alami. Terkadang, apa yang dirasakan oleh orangtua bisa saja terasa aneh di lidah anak.
"Misalnya, rasa brokoli bagi bayi bisa aja mirip kayak sabun. Kalau dipaksa, sudah jelas akan ditolak oleh mereka. Ibu-ibu bisa mulai dengan cara yang alami misal direbus atau dikukus tanpa campuran bumbu yang berlebihan. Sup atau makanan yang berkuah juga bisa jadi pilihan enak yang mudah diterima anak," kata dokter spesialis anak S. Tumpal Andreas dari RS EMC Pekayon di kesempatan yang sama.
Anak Susah Makan Faktor Genetik?
Anggapan bahwa anak susah makan karena faktor genetik juga perlu diluruskan. Berat badan dan pola makan anak lebih dipengaruhi oleh kebiasaan yang diajarkan sejak dini daripada faktor turunan semata. Maka dari itu, rutinitas dan proses makan jauh lebih penting daripada seberapa banyak makanan yang masuk.
Selain itu, anak-anak memiliki kepekaan dan rasa yang berbeda dengan orang dewasa. Penting untuk orangtua agar memperkenalkannya secara perlahan agar anak membangun pengalaman makan yang positif.
Proses pengenalan rasa ibarat berkenalan dengan orang baru. Jangan terlalu cepat menyerah atau marah jika anak menolak makanan. Ulangi beberapa kali. Kemudian, biarkan anak mengeksplorasinya dengan nyaman.