INFO NASIONAL - Di balik setiap senyum sehat yang tampak sederhana, tersembunyi dunia medis yang kompleks dan memerlukan presisi tinggi: bedah mulut. Namun tak banyak yang menyadari bahwa di Indonesia, bidang ini baru benar-benar mendapatkan tempat dalam sistem kesehatan nasional sekitar lima dekade lalu, berkat keberanian dan visi sejumlah pelopor.
Salah satu yang paling menonjol adalah Drg. Hendra Hidayat, Sp.BM, seorang dosen muda dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, yang kemudian menjadi peletak batu pertama profesi bedah mulut modern di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada awal 1970-an, ketika spesialisasi bedah mulut belum dikenal, Drg. Hendra memperoleh beasiswa Colombo Plan untuk menimba ilmu di Eastman Dental Hospital, University of London.
Di sana, ia tak hanya mempelajari teknik bedah konvensional, tetapi juga mengasah logika ilmiahnya, membuka wawasan akan pentingnya riset dan inovasi dalam praktik kedokteran gigi.
Sekembalinya ke tanah air, ia dihadapkan pada realitas yang menantang: belum ada satupun kolega yang menyandang gelar spesialis bedah mulut. Sistem belum terbentuk, kebutuhan pasien kian nyata.
(Kanan) Drg. Hendra Hidayat Sp.BM dengan Prof. Obwegeser (pelopor bedah ortognatik modern). Dok. PABMI
Merespons situasi tersebut, Drg. Hendra mendirikan Persatuan Ahli Bedah Mulut Indonesia (PABMI) pada tahun 1973, sebagai wadah untuk mengembangkan profesi dan membangun jejaring akademik maupun klinis.
Tak berhenti di situ, ia memperdalam bidang bedah maksilofasial bersama Prof Obwegeser, tokoh penting dalam bedah ortognatik modern, di University of Zürich. Sejarah kemudian dicatat pada 10 Mei 1978 di Medan, saat Kongres Persatuan Dokter Gigi Indonesia melantik Drg. Hendra bersama empat kolega lain sebagai ahli bedah mulut pertama di Indonesia.
Di bidang klinis, ia tercatat sebagai pemikir tajam dan inovator. Salah satu kontribusi pentingnya adalah memperkenalkan teknik pemotongan ujung akar gigi atau “apex resection” sebagai alternatif dari perawatan saluran akar (endodontik).
Pada masa itu, pendekatan ini bahkan belum populer di banyak negara tetangga. Diskusi awal yang ia lakukan dengan sejawat dari Indonesia maupun Singapura memicu rasa kagum, sekaligus menandai Indonesia sebagai salah satu pionir global dalam prosedur tersebut.
Sementara itu, berbagai perguruan tinggi mulai merintis pendidikan formal di bidang ini. Universitas Padjadjaran menjadi yang pertama membuka program spesialis bedah mulut pada tahun 1972, diikuti oleh Universitas Diponegoro dan Universitas Indonesia.
Perlahan, kurikulum spesialisasi mulai dirumuskan secara akademik, mengintegrasikan praktik klinis, etika medis, hingga riset yang memperkaya khazanah keilmuan.
Tonggak sejarah lain tercipta pada 1985 ketika Drg. Hendra melakukan operasi implan gigi pertama di Indonesia, saat teknik tersebut bahkan masih tergolong baru di negara-negara maju.
Langkah ini membuka cakrawala baru dalam rehabilitasi rongga mulut dan meningkatkan kualitas hidup pasien, terutama yang kehilangan gigi akibat trauma atau penyakit.
Drg. Hendra Hidayat, Sp.BM saat menjadi pembicara. Dok. PABMI
Tak berhenti pada praktik klinis, semangat pengabdian dan pendidikan Drg. Hendra berlanjut melalui Indonesian Dental Training Center (IDTC) yang ia dirikan bersama putrinya, Dr. Debra Hidayat. Meski tidak berlatar belakang medis, Dr. Debra menangkap dengan baik semangat sang ayah: bahwa kompetensi dan kepercayaan diri seorang dokter hanya dapat dibangun melalui pendidikan yang berkelanjutan dan akses ilmu yang terbuka.
Kini, sekitar lima puluh tahun setelah jejak pertama itu ditorehkan, ratusan spesialis bedah mulut tersebar aktif di rumah sakit dan klinik-klinik di seluruh Indonesia. Mereka menangani kasus yang bervariasi, dari tindakan sederhana hingga operasi kompleks yang menyelamatkan nyawa.
Profesi ini tidak hanya bertumbuh secara nasional, tetapi juga telah diakui dalam lingkup global, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan sumber daya ahli bedah mulut yang kompeten dan berstandar internasional.
Jejak panjang para pelopor, termasuk Drg. Hendra Hidayat dan sejawat angkatan pertama, telah menjelma menjadi pilar kokoh profesi bedah mulut Indonesia.
Dari ruang kuliah sempit di awal dekade 70-an, kini ilmu dan praktik bedah mulut Indonesia berkembang melintasi batas-batas nasional, ikut mengukir senyum dan harapan di wajah pasien di berbagai penjuru dunia.(*)