Rakyat Aceh Sumbang Emas untuk Pembelian Pesawat Pertama RI 77 Tahun Lalu

1 month ago 12
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 17 Juni 1948 menjadi salah satu peristiwa penting dalam perjalanan sejarah penerbangan sipil Indonesia. Pada hari tersebut, Presiden Sukarno meminta dukungan dari rakyat Aceh dalam bentuk sumbangan untuk pembelian pesawat terbang guna memperkuat kedaulatan Republik Indonesia yang saat itu masih dalam masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Permintaan itu disampaikan langsung Sukarno saat melakukan kunjungan ke Kutaraja, kini dikenal sebagai Banda Aceh. Sehari sebelumnya, pada 16 Juni 1948, Soekarno berpidato di hadapan masyarakat setempat. Dalam pidatonya, ia mengutarakan pentingnya ketersediaan armada udara nasional dan mengajak rakyat Aceh berpartisipasi dalam usaha pengadaan pesawat bagi negara yang masih muda tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Respons masyarakat Aceh terhadap permintaan tersebut tercatat sangat cepat dan konkret. Dengan dukungan dari Tengku Muhammad Daud Beureueh, tokoh ulama sekaligus Gubernur Militer Aceh pada masa itu, masyarakat Aceh berhasil menggalang dana dalam bentuk emas seberat kurang lebih 20 kilogram atau senilai sekitar 120 ribu dolar Singapura saat itu. Dana tersebut selanjutnya digunakan untuk membeli dua unit pesawat C-47 Dakota di Singapura melalui perantara Wieweko, seorang pengusaha asal Aceh yang turut membantu dalam proses pembelian.

Sebagai bentuk penghormatan atas kontribusi rakyat Aceh, kedua pesawat yang berhasil dibeli tersebut diberi nama Seulawah R-001 dan Seulawah R-002. Nama "Seulawah" sendiri diambil dari nama sebuah gunung di Aceh, yang dalam bahasa setempat berarti "gunung emas", simbolisasi dari asal-usul dana pembeliannya.

Kedua pesawat itu kemudian dioperasikan oleh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dan digunakan untuk mendukung berbagai kebutuhan transportasi pejabat negara. Salah satu misi awalnya adalah menerbangkan Wakil Presiden Mohammad Hatta dalam kunjungan kerja ke wilayah Sumatera, dengan rute meliputi Yogyakarta, Jambi, Payakumbuh, Kutaraja, dan kembali ke Yogyakarta.

Namun, tidak lama setelahnya, terjadi perubahan situasi politik dan militer yang cukup signifikan. Pada awal Desember 1948, pesawat Seulawah dikirim ke Calcutta (sekarang Kolkata), India, untuk menjalani perawatan dan peningkatan kapasitas tangki bahan bakar. Proses ini diperkirakan membutuhkan waktu sekitar tiga minggu.

Belum selesai menjalani servis, situasi di tanah air berubah drastis: pada 19 Desember 1948, Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu kota Republik Indonesia, diserang dan diduduki oleh Belanda dalam rangka agresi militer kedua. Kondisi ini menyebabkan jalur komunikasi antara pemerintah pusat dan awak pesawat terputus.

Menghadapi ketidakpastian tersebut, para awak AURI yang berada di luar negeri memutuskan untuk membentuk unit operasional sendiri guna memastikan keberlangsungan hidup dan perawatan pesawat. Mereka kemudian mendirikan sebuah perusahaan penerbangan bernama Indonesian Airways, yang sepenuhnya dijalankan oleh personel AURI. Dalam rangka mendapatkan pemasukan, pesawat Seulawah disewakan kepada pemerintah Burma (sekarang Myanmar) mulai 26 Januari 1949.

Operasional pesawat di Burma berlangsung hingga tahun yang sama, sebelum akhirnya berakhir seiring dengan tercapainya kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB) antara Indonesia dan Belanda. Setelah KMB disahkan pada akhir tahun 1949, pesawat dan seluruh awaknya dapat kembali ke Indonesia pada tahun 1950. Setibanya di tanah air, pesawat-pesawat tersebut diserahkan kembali kepada AURI dan dimasukkan ke dalam struktur resmi Dinas Angkutan Udara Militer.

Dalam perkembangan berikutnya, Garuda Indonesian Airways mulai dirintis sebagai maskapai penerbangan sipil nasional. Maskapai ini pada awalnya berbentuk kerja sama antara pihak Indonesia dan Belanda, sebagai bagian dari implementasi hasil KMB.

Kerja sama ini dipilih karena keterbatasan sumber daya manusia dan pembiayaan dari pihak Indonesia saat itu. Presiden Sukarno kemudian mengusulkan nama "Garuda" untuk maskapai ini, terinspirasi dari mitologi Hindu yang menggambarkan Garuda sebagai tunggangan Dewa Wisnu.

Meskipun kegiatan penerbangannya telah dimulai sejak akhir 1940-an, secara legal perusahaan ini baru memiliki akta pendirian pada 31 Maret 1950. Empat tahun kemudian, tepatnya pada 24 Maret 1954, Garuda Indonesia dinasionalisasi sepenuhnya menjadi milik negara dan menjadi maskapai penerbangan resmi Republik Indonesia hingga saat ini.

Sumbangan rakyat Aceh pada masa awal kemerdekaan tersebut tidak hanya menjadi bukti dukungan moral dan material terhadap negara yang baru berdiri, tetapi juga merupakan salah satu fondasi penting dalam pembangunan sistem transportasi udara nasional.

Salah satu tokoh masyarakat Aceh yang turut menyumbang dalam penggalangan dana ini adalah Nyak Sandang. Di usia 23 tahun, ia bersama keluarganya menyerahkan harta berupa sepetak tanah dan 10 gram emas yang saat itu bernilai sekitar Rp 100, sebagai bentuk partisipasi dalam perjuangan bangsa.


Hendrik Khoirul Muhid
berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 


Pilihan Editor: Nyak Sandang Penyumbang Pesawat pertama RI Bertemu Jokowi

Read Entire Article