Pendamping Korban Tragedi Pemerkosaan Massal 1998 Diteror

1 month ago 30
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pendamping korban pemerkosaan massal terhadap perempuan Tionghoa dalam kerusuhan Mei 1998, Ita Fatia Nadia mengalami serangkaian teror secara beruntun seusai memprotes pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang menyatakan tidak ada bukti pemerkosaan massal 1998.

Ita merupakan bagian dari Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) dan Tim Relawan untuk Kemanusiaan tragedi kerusuhan Mei 1998 mengatakan teror ia terima beberapa jam setelah ia menjadi narasumber dalam konferensi pers Koalisi Perempuan Indonesia menolak pernyataan Fadli Zon.

Pada Jumat, 13 Juni 2025, Ita bersama sejumlah pembicara lainnya di antaranya aktivis hak asasi manusia dan feminis Kamala Chandra Kirana, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia Sulistyowati Irianto, dan Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid.

Dalam jumpa pers itu, Ita menyatakan Fadli Zon berdusta di ruang publik karena pemerkosaan itu fakta sejarah, bukan rumor. Selain itu, Fadli Zon juga menyangkal berdirinya Komnas Perempuan (Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan) berdasarkan keputusan Presiden B.J. Habibie.

Menurut Ita, teror itu terjadi bertubi-tubi melalui sambungan telepon. Teror pertama terjadi pada Jumat malam pukul 20.00, beberapa jam setelah jumpa pers. Kepada Ita, penelepon itu mengancam Ita. “Kamu antek Cina karena bicara perkosaan Tionghoa. Siapa bilang Prabowo terlibat,” kata Ita menirukan suara penelepon itu kepada Tempo Senin, 16 Juni 2025.

Sehari setelahnya, pada Sabtu pagi, Ita kembali mendapatkan teror dengan nomor yang sama. Penelepon itu dengan suara yang lebih pelan ketimbang sebelumnya mengancamnya dengan menyebut mulutmu minta dibungkam selamanya. Tempo mengecek nomor penelepon tersebut melalui aplikasi. Tapi, nomor tersebut tak terdaftar.

Ita kembali mendapatkan ancaman serupa pada Senin, 16 Juni. Tapi, nomor penelepon tersebut tidak terdeteksi di ponselnya. Akibat teror tersebut, Ita memutuskan untuk sementara tidak menerima wawancara sejumlah jurnalis. “Saya istirahat dulu, memilih selamatkan keluarga,” ujar Ita.

Ita, kini berusia 67 tahun merupakan saksi kekejaman tentara selama rezim Orde Baru berkuasa. Ia terlibat dalam gelombang protes yang menumbangkan Soeharto, melibatkan mahasiswa dan aktivis pada Mei 1998. Saat itu tentara mengancam membunuh anaknya sehingga Ita hijrah dari Jakarta ke Yogyakarta. Ribuan perempuan dari berbagai organisasi masyarakat sipil melebur menjadi satu gerakan untuk melawan kekuasaan otoriter Orde Baru. Tanpa sekat dan kelas-kelas sosial, para perempuan yang mendapat cap radikal oleh pemerintahan Orde Baru itu tumplek bersama gerakan mahasiswa 1998

Komisioner Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan periode 1998-2006 itu juga aktif dalam berbagai dalam unjuk rasa dan diskusi menolak pengesahan Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia di Yogyakarta. Setelah memprotes UU TNI, Ita juga mengalami teror dalam bentuk telepon. Dia sudah melaporkan teror berkali-kali itu ke Amnesty Internasional.

Pilihan Editor: Komnas HAM: Pernyataan Fadli Zon soal Tak Ada Pemerkosaan Massal 1998 Keliru

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Read Entire Article