Warning: session_start(): open(/home/atriumwin/public_html/src/var/sessions/sess_a87ab903a0ae5e300a39880903ef921f, O_RDWR) failed: Disk quota exceeded (122) in /home/atriumwin/public_html/src/bootstrap.php on line 59

Warning: session_start(): Failed to read session data: files (path: /home/atriumwin/public_html/src/var/sessions) in /home/atriumwin/public_html/src/bootstrap.php on line 59
Kasus Kusta di Indonesia Ranking 3 Dunia, Prof Tjandra Yoga Aditama Soroti 3 Hal Ini - InfoUpdate

Kasus Kusta di Indonesia Ranking 3 Dunia, Prof Tjandra Yoga Aditama Soroti 3 Hal Ini

4 days ago 14
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta - Meski terdengar seperti penyakit masa lalu, kusta masih menjadi persoalan nyata di Indonesia dan dunia. Tidak banyak yang tahu, bahwa hingga hari ini, Indonesia masih menjadi salah satu dari tiga negara dengan jumlah kasus kusta tertinggi di dunia, bersama India dan Brasil.

Fakta ini ditegaskan oleh Prof. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI sekaligus mantan pejabat tinggi WHO dan Kementerian Kesehatan, dalam pesan tertulisnya menjelang perhelatan The 22nd International Leprosy Congress (ILC) di Bali, Juli mendatang.

“Kusta kita nomor tiga di dunia,” ungkap Prof. Tjandra, dikutip Jumat, 27 Juni 2025. 

“Setiap tahun, masih ada sekitar 200.000 kasus baru kusta di dunia, dan Indonesia masih menyumbang ribuan di antaranya.”

Ribuan Kasus Baru, Termasuk pada Anak

Menurut data Kementerian Kesehatan hingga 31 Mei 2025, tercatat 3.716 kasus baru kusta di Indonesia. Lebih memprihatinkan lagi, dari 30 provinsi yang melaporkan, sebanyak 26 provinsi menemukan kasus kusta pada anak-anak.

“Proporsi kasus anak tahun 2025 bahkan meningkat dibanding tahun 2024,” tulis Prof. Tjandra.

“Ini mengindikasikan banyaknya sumber penularan dari orang dewasa di sekitar anak-anak.”

Meningkatnya kasus kusta pada anak menandakan bahwa penularan masih aktif terjadi di masyarakat. Ini sekaligus menjadi alarm bahwa upaya pengendalian belum maksimal dan stigma terhadap penyakit ini masih menjadi tantangan besar.

Tiga Masalah Utama Pengendalian Kusta

Indonesia memang telah memiliki strategi nasional dalam upaya eliminasi kusta. Namun, masih ada tiga masalah utama yang menghambat kemajuan signifikan:

1. Rendahnya Penemuan Kasus Baru

Berdasarkan data tahun 2024, baru 38,9% dari estimasi kasus yang berhasil ditemukan. Artinya, sebagian besar penderita kusta belum terdeteksi dan belum mendapatkan pengobatan.

2. Cakupan Kemoprofilaksis yang Masih Rendah

Kemoprofilaksis adalah langkah pencegahan dengan pemberian antibiotik pada kontak erat penderita. Sayangnya, cakupan kemoprofilaksis di Indonesia baru mencapai 13,9% pada 2024, jauh dari target 80%.

3. Ketidaktepatan Waktu dalam Penyelesaian Pengobatan

Meski kusta bisa disembuhkan dengan terapi Multidrug Therapy (MDT), hanya 84% pasien yang menyelesaikan pengobatannya tepat waktu.

Berbagai tantangan ini akan menjadi fokus pembahasan dalam Kongres Internasional Kusta yang akan digelar pada 7–9 Juli 2025 di Bali. Kongres bergengsi ini mengangkat tema “Towards a World with Zero Leprosy”, dan akan membahas tiga hal utama:

  • Pemutakhiran data prevalensi dan strategi eliminasi
  • Penguatan diagnosis dan pengobatan dengan MDT
  • Penanganan stigma dan rehabilitasi sosial

Bagi Indonesia, kongres ini bukan hanya ajang diskusi global, tetapi juga peluang besar untuk menguatkan komitmen dalam upaya eliminasi kusta di dalam negeri.

“Tentu harapan kita ini bukan hanya internasional,” ujar Prof. Tjandra. “Akan baik kalau kegiatan di Bali ini juga merupakan langkah penting ‘Towards Indonesia with Zero Leprosy’.”

Lebih dari Sekadar Penyakit Kulit

Kusta bukan hanya soal bercak kulit atau kerusakan saraf. Dampak sosial dan psikologisnya juga luar biasa besar. Banyak penderita yang mengalami diskriminasi, dijauhi, bahkan kehilangan akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.

Karena itu, pengendalian kusta tidak cukup hanya dengan obat. Butuh pendekatan menyeluruh, mulai dari deteksi dini, edukasi masyarakat, hingga pemberdayaan pasien untuk kembali menjalani hidup yang bermartabat.

Masyarakat Perlu Terlibat

Peran masyarakat sangat penting dalam mendeteksi gejala dini kusta, seperti bercak mati rasa di kulit atau kelemahan otot. Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang untuk sembuh tanpa kecacatan.

Yang tak kalah penting, kita perlu menghapus stigma terhadap kusta. Penyakit ini bukan kutukan, bukan aib, dan sangat bisa disembuhkan. Semakin banyak orang paham dan peduli, semakin besar kemungkinan Indonesia benar-benar bebas dari kusta.

Read Entire Article