Liputan6.com, Jakarta Masalah kesehatan mental yang marak terjadi di kalangan generasi Z menarik perhatian Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) Universitas Airlangga (Unair).
Guna merespons masalah tersebut, tim ini berinovasi menciptakan Intelligence Doll (boneka pintar) dan berhasil membawa mereka lolos pendanaan PKM-KC. Tim tersebut terdiri dari Muhammad Nur Aufa Habibi, Arya Maulana Al Hakim, Afdal Lunasri, Edbert Fernando, dan Aqila Fayyaza Nur Husna.
Ketua tim, Muhammad Nur Aufa Habibi, menyampaikan bahwa boneka yang dikembangkan itu memanfaatkan teknologi deep learning untuk menganalisis data wajah dan suara dari penggunanya.
“Hasil analisis tersebut akan menghasilkan output berupa suara sebagai respons percakapan dengan pengguna. Selain itu, hasil percakapan akan menghasilkan klasifikasi level depresi seperti ringan, sedang, atau berat. Dari hasil klasifikasi tersebut, boneka akan merespons sesuai level depresi,” jelas Aufa mengutip laman Unair, Senin (14/7/2025).
Aufa menambahkan, selama ini kebanyakan solusi untuk mengatasi masalah kesehatan mental masih berupa respons interaktif menggunakan aplikasi. Sehingga, tim ini mencoba membuat hal baru dengan menghadirkan wujud boneka.
“Kalau bentuknya boneka, pengguna akan terasa ada wujud yang bisa untuk meluapkan keluh kesahnya. Sebab berdasarkan literatur, boneka dapat menghasilkan rasa nyaman pada pemiliknya,” jelasnya.
Dalam artikel opini di The New York Times, Murthy menekankan bahwa . Ia menegaskan bahwa meskipun hanya label peringatan tidak akan membuat media sosial sepenuhnya aman bagi remaja, langkah ini merupakan bagian dari upaya yang dibutuhkan.