Liputan6.com, Jakarta Liverpool bersiap menyambut striker muda asal Prancis, Hugo Ekitike, sebagai rekrutan anyar mereka. Penyerang 23 tahun itu akan bergabung dari Eintracht Frankfurt dengan biaya transfer yang tidak main-main—£69 juta (sekitar Rp1,5 triliun) ditambah bonus £10 juta (sekitar Rp199 miliar).
Ekitike sempat menjadi rebutan Liverpool dan Newcastle, tapi pada akhirnya ia menjatuhkan pilihan ke Anfield. Bagi banyak pengamat, ini bukan sekadar transfer besar, tapi juga investasi untuk masa depan lini depan The Reds.
Namun, seberapa kuat daya tarik Ekitike? Artikel ini akan membedah kekuatan dan kelemahannya, posisi favoritnya, serta membandingkannya dengan para pesaing di Premier League.
Fleksibel dan Mobile: Posisi Bukan Masalah
Ekitike bukan penyerang yang kaku di satu posisi. Musim lalu di Frankfurt, ia tampil dalam 48 laga, dengan mayoritas menit bermain dihabiskan sebagai penyerang tengah.
Namun, ia juga kerap beroperasi di sisi sayap atau sebagai second striker, terutama ketika digunakan dalam formasi 3-4-2-1. Heatmap-nya menunjukkan bahwa ia aktif di hampir seluruh area sepertiga akhir lapangan lawan.
Fleksibilitas inilah yang membuatnya begitu diminati oleh klub-klub besar. Ia bisa menyesuaikan diri dengan berbagai sistem, termasuk gaya menyerang cair ala Liverpool.
Kekuatan Utama: Insting, Kreativitas, dan Dribel
Musim lalu, Ekitike masuk dalam Tim Terbaik Bundesliga 2024/25. Ia menjadi striker kelima terbaik menurut skor versi Squawka, hanya kalah dari nama-nama besar seperti Kane dan Schick.
Statistik menunjukkan bahwa Ekitike memiliki naluri tajam—dengan 0,64 xG non-penalti per 90 menit dan 2,62 tembakan tepat sasaran per pertandingan. Angka-angka ini menempatkannya di atas 95 persen striker lain.
Selain urusan mencetak gol, ia juga kreatif. Rata-rata 1,54 peluang diciptakan per 90 menit, serta 0,42 big chances—membuatnya cocok dalam sistem yang memungkinkan Salah atau Nunez bermain lebih ke dalam.
Kelemahan Mendasar: Finishing yang Masih Angin-anginan
Meski peluang banyak, penyelesaiannya belum sebaik yang diharapkan. Ekitike hanya mencetak 15 gol dari 117 tembakan, dengan rasio konversi sebesar 12,82 persen—terburuk di antara striker top Eropa.
xG-nya pun menunjukkan underperformance mencolok: 21,58 xG berbanding 15 gol, defisit -6,58. Ini menjadi catatan besar mengingat Liverpool butuh efisiensi, bukan hanya volume.
Tak hanya itu, ia juga cukup sering terjebak offside dengan rata-rata 0,66 kali per 90 menit. Meski tidak ekstrem, ini tetap jadi hal yang menjengkelkan bagi fans dan pelatih.
Dibanding Para Pesaing: Lebih Baik dari Nunez, Belum Selevel Isak
Saat dibandingkan dengan Darwin Nunez, Luis Diaz, dan Alexander Isak, posisi Ekitike ada di tengah. Ia punya shot accuracy lebih baik dari Nunez, tapi masih kalah dari Isak dan Diaz.
Rasio konversi golnya lebih rendah dari semua pesaing itu—bahkan lebih buruk dari Nunez yang kerap dikritik. Namun, dalam urusan shot on target per 90 menit, Ekitike justru unggul.
Ia juga mencatatkan assist dan peluang tercipta yang menjanjikan. Bahkan untuk sentuhan di kotak penalti lawan, ia mengungguli Isak dengan 7,2 sentuhan per 90—sebuah indikator striker yang aktif dan haus gol.