TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan mengingatkan soal penciptaan kota yang adil. Menurut Anies, pembangunan yang berkeadilan dimulai dari langkah konkret para pengelola kota.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menyebutkan, pengelola kota perlu memberi akses setara untuk pendidikan dan kesehatan bagi setiap warga, apapun latar belakang ekonomi dan tempat tinggalnya. “Lalu, menata ruang kota yang inklusif, bukan hanya untuk yang berkendara, tapi juga bagi pejalan kaki, pesepeda, dan pengguna transportasi umum,” ucap Anies saat menjadi khatib salat Idul Adha 1446 Hijriah, di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Jumat, 6 Juni 2025.
Selain itu, penataan ruang inklusif ini juga bisa dilakukan dengan membangun ruang-ruang publik bagi warga dari berbagai segmen untuk bertemu dan berinteraksi.
Kemudian yang terakhir, ujar Anies, pengelola kota perlu menghadirkan keadilan ekonomi bagi semua. Caranya dengan memberdayakan pelaku UMKM, pedagang kaki lima, pengemudi ojek online, dan pekerja sektor informal lainnya. “Prinsipnya, membesarkan yang kecil tanpa mengecilkan yang besar,” kata mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini.
Dia menyatakan pembangunan kota secara adil ini hanya bisa diwujudkan apabila pemimpin kota dan warga berjalan beriringan. Ia berharap pemimpin kota-kota di Indonesia mampu menghadirkan keadilan dan “mempermudah segala urusan warganya.”
Anies juga berbicara lebih jauh soal ketimpangan sosial di perkotaan. Calon presiden nomor urut 1 pada kontestasi pemilihan presiden 2024 itu mengatakan bahwa ibadah haji menunjukkan manusia pada hakikatnya adalah setara. “Tak ada raja atau rakyat, kaya atau miskin, hanya manusia di hadapan Allah, mengenakan dua helai kain putih,” tutur Anies.
Namun, ketika kembali ke kota-kota asal sepulangnya dari Tanah Suci, ketidaksetaraan kembali terlihat. Di satu sisi kota, ujar Anies, restoran mewah dipenuhi pengunjung. Tetapi di sisi lain, banyak anak memungut sampah demi mendapatkan sesuap nasi.
“Mobil-mobil mewah melintas di jalan yang sama dengan gerobak pedagang kecil,” tutur Anies. “Ini bukan pemandangan di negeri asing. Ini halaman rumah kita sendiri.”
Anies menyebut, kota-kota semestinya menjadi tanda dari kesehatan peradaban. Anies menjelaskan, istilah “politik” berangkat dari bahasa Yunani “polis” yang menggambarkan bagaimana caranya mengelola kota.
“Kota yang ditata dengan baik dengan menghadirkan kebaikan dan keadilan adalah tanda bagi peradaban yang sehat,” kata Anies. Sebaliknya, ia melanjutkan, kota-kota yang berisikan ketidakadilan merupakan penanda masyarakat yang sakit.