Liputan6.com, Jakarta - Kelomang adalah hewan kecil yang biasa ditemukan di pesisir pantai. Bentuknya yang imut dengan warna cangkang beragam kerap menjadi incaran anak-anak.
Tak heran, banyak pedagang menjual kelomang di lingkungan sekolah dasar atau tempat yang banyak didatangi anak-anak. Padahal, lebih dari sekadar peliharaan, kelomang memiliki peran penting sebagai indikator kesehatan lingkungan laut.
Para peneliti mendorong agar kelomang dipelajari lebih lanjut, baik dari fungsi ekologis maupun potensi sebagai bioindikator kesehatan lingkungan laut.
“Dengan memahami persebaran dan preferensi habitatnya, kita bisa tahu seberapa sehat laut kita. Sebab, kelomang bisa jadi ‘penjaga’ kecil yang memberi tanda kalau ekosistem sedang dalam bahaya,” kata Peneliti Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRO BRIN), Tyani, pada Oceanography Biweekly Meeting (OBM), Senin (14/7/2025).
Tyani pun mengupas hasil riset terbaru yang menyajikan data mendalam soal keragaman, sebaran, dan habitat kelomang dari keluarga Diogenidae.
“Tujuan utama penelitian ini adalah menyumbangkan data spesimen untuk memperkaya pemahaman kita soal penyebaran geografis dan habitat favorit mereka, dari perairan dangkal hingga laut dalam,” ujar Tyani.
Sejak abad ke-19, para ilmuwan mencatat lebih dari 200 spesies kelomang di Indonesia, dengan keluarga Diogenidae tercatat paling kaya jenis. Penelitian terbaru ini menyumbangkan data spesimen tambahan dari 1989 hingga 2024, termasuk koleksi yang tersimpan di Museum Zoologicum Bogoriense.
“Hasil analisis menunjukkan terdapat 115 spesies Diogenidae yang tersebar luas di 12 ekoregion laut Indonesia, dengan Clibanarius sebagai genus paling dominan,” terangnya.
Akhmad Solikhin perajin batik asal Kabupaten Pekalongan, punya cara berbeda untuk melestarikan kain batik. Batik buatannya ini menggunakan pewarna alami, dan tak hanya ramah lingkungan, batik produksinya mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah. Inilah ...