Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa tahun terakhir, Samsung telah memimpin inovasi di pasar smartphone premium dengan seri Galaxy S Ultra-nya.
Namun, perusahaan Korea Selatan itu mungkin sedang mengambil langkah yang keliru dalam pengembangan Galaxy S26 Ultra.
Dikutip dari PhoneArena, Rabu (18/6/2025), alih-alih berfokus pada peningkatan yang benar-benar dibutuhkan pengguna, Samsung dikabarkan terlalu asyik dengan gimmick dan fitur marginal yang tidak signifikan.
1. Fokus pada Kamera: Lebih Banyak Megapiksel, Tapi Apakah Lebih Baik?
Samsung terus mendorong batas kemampuan kamera smartphone, dengan rumor terbaru menyebutkan bahwa Samsung Galaxy S26 Ultra mungkin akan membawa sensor 300MP.
- Masalah Utama: Peningkatan megapiksel seringkali tidak diiringi dengan peningkatan kualitas gambar secara keseluruhan. Noise, dynamic range, dan pemrosesan HDR justru lebih penting bagi kebanyakan pengguna.
- Efek Samping: Sensor ultra-high-res memakan lebih banyak ruang penyimpanan dan membutuhkan prosesor yang lebih kuat, yang bisa berdampak pada baterai dan performa perangkat.
- Solusi yang Diabaikan: Alih-alih mengejar angka megapiksel, Samsung seharusnya berinvestasi dalam algoritma komputasi yang lebih cerdas, seperti yang dilakukan Google dengan Pixel atau Apple dengan iPhone.
2. Desain: Perubahan Minim, Inovasi Teknologi
Galaxy S24 Ultra dan S25 Ultra hanya mengalami perubahan desain minor, dan S26 Ultra mungkin akan mengikuti tren yang sama.
- Kritik terhadap Samsung: Banyak penggemar kecewa karena Samsung tidak melakukan terobosan besar dalam desain sejak era Galaxy S21 Ultra.
- Material & Ergonomi: Masih menggunakan bingkai logam dan kaca, tanpa eksplorasi material baru seperti keramik canggih atau desain modular.
- Layar: Meski Dynamic AMOLED 2X sudah sangat baik, Samsung belum menawarkan fleksibilitas seperti layar rollable atau inovasi bentuk layar baru.
3. Perangkat Lunak: One UI yang Semakin Kompleks, Tapi Tidak Lebih Efisien
One UI telah berkembang pesat, tetapi banyak pengguna mengeluh bahwa antarmuka Samsung semakin berat dan penuh dengan fitur yang jarang digunakan.
- Bloatware & Duplikasi Aplikasi: Samsung masih memaksa pengguna untuk memiliki dua aplikasi galeri, dua asisten suara (Bixby dan Google Assistant), serta berbagai fitur redundan.
- Pembaruan Jangka Panjang: Meski Samsung kini menawarkan 7 tahun pembaruan OS, optimasi perangkat lunak masih kalah dibandingkan Pixel atau iPhone.
- AI yang Tidak Fokus: Samsung memamerkan banyak fitur AI, tetapi kebanyakan bersifat gimmick (seperti generative edit foto) alih-alih meningkatkan produktivitas harian.
4. Baterai & Pengisian Daya: Tertinggal dengan Kompetitor
Samsung masih enggan mengadopsi teknologi pengisian daya ultra-cepat seperti yang dimiliki Xiaomi (120W) atau Oppo (150W).
- Kapasitas Baterai: S26 Ultra mungkin akan tetap di kisaran 5.000 mAh, tanpa peningkatan signifikan dalam efisiensi.
- Pengisian Nirkabel: Kecepatan masih terbatas di 15W, jauh di belakang standar industri yang sudah mencapai 50W+.
- Ketahanan Baterai Jangka Panjang: Samsung belum memberikan solusi nyata untuk degradasi baterai, sementara Apple dan Google sudah mengoptimalkan manajemen daya lebih baik.
5. Harga yang Terus Melambung, Nilai Tambah yang Tidak Jelas
Harga Galaxy S Ultra telah melampaui USD 1.300, tetapi nilai tambah yang ditawarkan tidak selalu sebanding.
- Perbandingan dengan iPhone & Pixel: iPhone 16 Pro Max dan Pixel 9 Pro mungkin akan menawarkan pengalaman pengguna yang lebih halus dengan harga lebih kompetitif.
- Fitur Eksklusif yang Kurang Berguna: Seperti S Pen yang hanya digunakan segelintir pengguna, atau dukungan stylus yang tidak banyak dimanfaatkan.